Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tatkala Fajar (26): Kloset, Luar Biasa dalam Pengabdian Demi Keutamaan Hidup

19 Juni 2021   04:04 Diperbarui: 19 Juni 2021   04:01 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. batonrougeclinic.com

Awalnya warnaku putih suci bersih dari segala kotoran. Aku hidup selalu dibasahi oleh air yang tak bosan-bosannya hingga kini warnaku berubah mulai menguning. Mungkin kalian melihatku seorang diri, namun dalam diriku aku mampu menjadi dua insan yang berbeda. 

Aku terlihat cukup lemah untuk diinjak-injak oleh kaki kotor kalian, aku juga dengan rendah hati menerima semua kotoran yang kalian buang ke dalamku. 

Meski demikian, aku benar-benar pribadi yang sungguh tangguh. Buktinya, aku sanggup membuat kalian bertekuk lutut saat mau menggunakanku. Semenjak awal aku memulai hidupku ini, kalau kupikir-pikir belum ada hal baik yang diberikan padaku. 

Sampah organik maupun anorganik semua pernah kumakan dan kutelan. Tapi tak masalah karena aku tidak sendirian di sini. Aku tidak sendirian di ruangan 2 x 2 meter ini. Selalu ada rambut jatuh, sampah, tissue, ember yang menjadi teman setiaku. Inilah kisahku sang kloset.

Aku ingat betul hari pertama aku dibawa ke sini. Aku sungguh senang. Akhirnya setelah sekian lama aku bisa merasakan hembusan angin dan hangatnya sinar matahari. 

Aku dibebaskan dari si plastik dan kardus yang selama ini membelengguku. Tapi sepertinya kebahagiaanku berhenti di situ. Besi panjang dipasang ke bawahku, entah kemana itu berakhir, hal itu benar-benar membuatku sangat tidak nyaman. 

Saat kukira ada manusia yang datang aku senang namun ternyata mereka justru menduduki dan menginjakku tanpa izin dariku, begitupun dengan semut- semut yang selalu melewatiku tanpa izin. 

Betapa kurang ajarnya mereka. Apalagi saat ada kertas, tissue, sampah makanan dibuang kearahku. Benar-benar membuat aku tidak nyaman. 

Aku benar-benar lelah harus bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa henti, belum lagi jika pekerja lupa membersihkan aku. Aku jadi sangat bau dan lembab. Itu membuat manusia-manusia itu menjadi jijik kepadaku dan itu membuatku menjadi semakin sedih.

Hari-hari terus berlalu, tidak setiap hari aku merasakan kesedihan. Aku senang sekali, karna tidak pernah sekalipun manusia itu lupa untuk mampir ke rumahku. Pagi siang sore aku selalu ditemani.  

Aku juga menjadi tempat orang yang sedang bersedih. Aku senang bisa menemani mereka dalam kesedihan mereka. Orang-orang juga mengantri untuk menggunakanku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun