Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seri untuk Negeri (3): Literasi sebagai Revolusi Pendidikan Bangsa

21 Maret 2021   04:04 Diperbarui: 21 Maret 2021   05:46 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inspirasi. www.quirkbooks.com

Literasi yang menjadi sebuah habitus dan kebutuhan menjadi sebuah gerakan revolusi pendidikan yang mengarah pada pengembangan mentalitas hidup. 

Belajar dari cara mendidik anak-anak seusia TK di Selandia Baru, mereka tidak dilatih membaca, menulis, berhitung seperti lazimnya anak-anak di Indonesia, tetapi mereka dibiasakan untuk duduk, membuka buku, dan menutupnya kembali. Anak-anak dilatih untuk terbiasa duduk dengan posisi yang tepat sehingga tidak mudah lelah. Selain itu, mereka dilatih berkonsentrasi membuka berlembar-lembar halaman buku dengan cara yang benar, menyisipkan kertas penanda di halaman tertentu, menutup buku dengan benar, dan mengembalikannya ke rak buku dengan rapi. Aktivitas itu diulang-ulang secara terus-menerus setiap hari tanpa membacanya sama sekali.

Pola pendidikan yang diterapkan di Selandia Baru itu benar-benar mengedepankan pentingnya kebiasaan baik bagi anak-anak sebagai modal belajar hidup. Kebiasaan duduk, membuka buka, dan menutup buku itu bukan berorientasi pada materi baca-tulis layaknya di Indonesia, tetapi kebiasaan itu untuk membangun pondasi yang kuat bagi anak-anak dalam menghadapi kehidupan nyata, seperti nilai-nilai hidup (life value) kebugaran, kesabaran, ketekunan, dan ketelitian. 

Akhirnya, literasi harus menjadi sebuah proses pembiasaan diri secara terus-menerus berkesinambungan sehingga terbentuk sebuah habitus. Sebuah impian besar untuk bangsa ini: banyak orang membaca di di halte, ruang tunggu pesawat, stasiun, caf, taman kota, bis, kereta, pesawat, dan lainnya karena mereka merasa bahwa membaca adalah kebutuhan hidup mereka. Indonesia berharap, Indonesia bisa. Carpe Diem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun