Tapi kuliah juga punya tantangan:
- Biaya kuliah, tidaklah murah.Â
- Butuh waktu minimal 3--4 tahun.Â
- Tidak ada jaminan langsung dapat pekerjaan setelah wisuda.
Oleh karena itu, orang tua dan siswa harus realistis. Jika finansial keluarga terbatas, ada baiknya mencari beasiswa KIP Kuliah, Bidikmisi, atau bahkan program LPDP untuk melanjutkan pendidikan.Â
Langsung Kerja: Mandiri Lebih Cepat
Ada juga yang memilih langsung bekerja. Bagi sebagian keluarga di NTT, anak cepat bekerja berarti bisa membantu ekonomi rumah tangga. Sektor yang terbuka lebar adalah:
- Pariwisata (hotel, travel, kuliner, transportasi).Â
- Perdagangan (jualan online maupun offline).Â
- Pekerjaan informal (ojek online, pekerja toko, buruh harian).
Kelebihan langsung kerja:
- Mendapat penghasilan lebih cepat.
- Mendapat pengalaman nyata di dunia kerja.
- Bisa belajar sambil menabung untuk kuliah di kemudian hari.
Namun, gaji untuk lulusan SMA biasanya relatif rendah. Persaingan dengan lulusan diploma dan sarjana juga cukup ketat.Â
Maka, bagi yang ingin langsung kerja, penting untuk menambah keterampilan tambahan, misalnya kursus komputer, bahasa Inggris, atau sertifikasi tertentu.
Era Digital: Jalan Tengah yang Menjanjikan
Kabar baiknya, anak NTT sekarang tidak harus memilih antara "kuliah dulu" atau "kerja dulu" secara kaku. Era digital memberi jalan tengah. Seorang anak bisa kuliah sambil menjadi freelancer online. Bisa kerja di siang hari, kuliah malam, atau kuliah vokasi dengan durasi singkat. Bisa memulai bisnis online kecil-kecilan sambil belajar di kampus.
Contoh nyata: ada siswa SMK di Kupang yang selepas lulus langsung jualan tenun ikat lewat Instagram. Sambil berbisnis, ia kuliah manajemen di salah satu kampus swasta. Inilah bukti bahwa kombinasi "kuliah sambil kerja" mungkin dilakukan, asal ada manajemen waktu dan kemauan keras.Â
Peran Orang Tua: Lebih dari Sekadar Membiayai Anak-Anak