Mohon tunggu...
Martin Edy
Martin Edy Mohon Tunggu... Pekerja Konstruksi Telekomunikasi

Seperti kebanyakan orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Pos Satpam ke Filsafat: Mencari Makna Hidup di Tengah Deru Pekerjaan yang Tak Pernah Cukup

30 September 2025   16:48 Diperbarui: 30 September 2025   16:48 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pagi jam 6, Bang Andi sudah berdiri tegak di pos security sebuah gedung perkantoran di Tangerang. Seragam birunya yang mulai lusuh menjadi saksi bisu perjuangannya menghidupi seorang istri dan empat anak dengan gaji UMR. Sementara para karyawan lain sibuk mengejar target karir, Bang Andi bertaruh dengan sunyi, menahan kantuk, dan memastikan keamanan orang-orang yang lalu lalang. Dalam diamnya, ada pertanyaan besar yang menggayuti: "Apa arti semua ini?"

Paradoks Pekerjaan - Bekerja untuk Hidup yang Tak Pernah Cukup

Matematika kehidupan Bang Andi sederhana namun pahit:

  • Gaji UMR: Rp 5.000.000/bulan
  • Kebutuhan dasar 6 orang: Rp 7.000.000/bulan

"Setiap akhir bulan, saya selalu minus," katanya dengan senyum getir. "Tapi mau bagaimana lagi? Harus tetap semangat untuk anak-anak."

Inilah paradoks level dasar bekerja: kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan, namun hasil kerja tak pernah cukup. Seperti hamster di roda, kita terus berlari tetapi tetap di tempat yang sama.

Tangga Makna - Dari Survival hingga Transcendence

Namun, jika kita melihat lebih dalam, bekerja memiliki lapisan makna yang lebih kompleks:

Level 1: Survival
Bagi Bang Andi, bekerja adalah soal hidup mati. "Yang penting anak-anak bisa sekolah dan makan," ujarnya.

Level 2: Identitas
"Saya security," adalah kebanggaan sederhana yang memberinya tempat dalam masyarakat.

Level 3: Kontribusi
"Saya merasa bertanggung jawab pada keamanan penghuni gedung ini," katanya dengan mata berbinar.

Level 4: Transcendence
"Saya berdoa, mungkin dengan jujur dan tekun bekerja, rezeki anak-anak saya akan lebih baik kelak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun