[caption caption="HTI"][/caption]
Sewaktu kuliah, saya banyak berdiskusi dan beraktivitas bersama aktivis dengan ideologi beragam, organisasi yang beragam pula. Muhammadiyah, NU, Parmusi, Persis, HMI, PMII, GMKI, GMNI, PMKRI, KAMMI, LMND, FMN, Salafi, termasuk HTI dan banyak lagi. Pun saya aktif di HmI dan Muhammadiyah.
Dari diskusi dan diskursus saat itu saya menarik 1 benang merah dari cita2 setiap organisasi. Sejalan dengan cita-cita Bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang Adil dan sejahtera, dengan pendekatan sesuai karakter masing-masing organisasi. bahkan HTI demikian, bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Bertemu dan berdiskusi dengan juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto pun pernah terjadi sekitar pertengahan 2007, saat saya mengikuti Pelatihan kader HMI di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Diskusi panjang lebih 2 jam, berbicara tentang banyak hal mulai dari Kemiskinan, Ketidakadilan Sosial, situasi politik dunia hingga sistem khilafah. Nothing is wrong.
Partai Pembebasan, itulah yang kupahami arti dari Hizbut Tahrir. Di tingkat Mahasiswa, HT (Hizbut Tahrir) memiliki organisasi otonom bernama GEMA Pembebasan. Seringkali diajak diskusi dan diundang ke acara-acara sosial mereka. Satu hal yang saya kagumi, bahwa aktivis HT berhalaqah di masjid dan surau. sesuatu yang sudah jarang dilakukan aktivis organisasi islam sekalipun.
Bila berdiskusi tentang khilafah, HT sedikit tertutup bahkan bisa dikatakan memilih kawan diskusi. Namun dapat disimpulkan bahwa di alam pikiran HT, jika dimasa lalu Islam mampu mencapai kejayaan adalah saat sistem pemerintahan Khilafah, dimulai dengan khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, dan Ustmaniyah. "Kenapa tidak dimulai sekarang untuk mempersatukan umat Islam dalam satu kekhalifahan?" Something like that.
Gagasan tersebut lah yang mungkin menjadikan HT dianggap bertentangan dengan Pancasila, dan akhirnya dibubarkan. Sadis bukan? Sikap berbeda pemerintah tunjukkan saat kelompok kiri mengadakan aktivitasnya, paham yang jelas-jelas dilarang malah mendapatkan angin surga (TAP MPRS nomor 25 tahun 1966).
Jadi teringat dengan sejarah pembubaran Masyumi dan PSI, yang dianggap terlibat pemberontakan PRRI dan Menolak  Manipol/USDEK, ataupun HmI yang hampir dibubarkan karena dianggap kontrarevolusi dan reaksioner. Justru utamanya adalah bukan alasan ideologis melainkan berbeda pendapat dengan Penguasa.
#MengenangHTI