Mohon tunggu...
Reni Marthauli
Reni Marthauli Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga Yang Suka Membaca dan Menulis

Simple Woman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merry Christine Rumainum, Perempuan di Balik Cahaya Literasi Senja Papua

16 Oktober 2025   13:31 Diperbarui: 16 Oktober 2025   13:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merry Christine Rumainum Pendiri Pondok Baca Senja Papua Cerdas | Sumber IG Merry Christine Rumainum 

Aku mau buku ini ya, dengan raut muka serius dan muka yang kusam (sambil milih beberapa buku yang mau dia pinjam) ok jawabku sambil menghitung biaya sewa yang harga per buku nya adalah Rp25, karena dulu sedang maraknya sewa buku, mengingat jaman dulu buku itu ada harganya, mau membaca saja harus bayar, tidak seperti sekarang yang banyak menyediakan perpustakaan gratis. 

Namanya Toni, tetanggaku yang hobi membaca ini suka betah berlama lama berada di taman bacaan yang aku buka di teras rumah. Masih ingat kalau sampai detik ini dia masih punya utang sewa buku yang jumlahnya lumayan banyak pada waktu itu. Jika sudah membaca, dia serius seperti lupa segalanya karena terlihat dari ekspresi wajahnya, karena memang tidak bisa dipungkiri buku seperti teman yang paling asik. 

Membaca buat sebagian orang adalah aktivitas yang menyenangkan, tidak terkecuali dengan saya. Besar dilingkungan yang gemar membaca membuat saya ikut tertarik dengan membaca, sehingga aktivitas tersebut sudah menjadi hobi dan buku menjadi teman dalam keseharian saya. 

Taman Baca, Pondok Baca Senja Papua Cerdas | Sumber IG Merry Christine Rumainum 
Taman Baca, Pondok Baca Senja Papua Cerdas | Sumber IG Merry Christine Rumainum 

Taman bacaan yang saya kelola banyak menyediakan berbagai macam jenis buku, selain buku pelajaran juga menawarkan berbagai macam majalah anak-anak seperti Majalah Bobo, lalu ada majalah remaja Hai, Gadis, Femina dan sebagainya. 

Yang gak ketinggalan dengan berbagai macam komik, mulai dari Wiro Sableng yang sangat booming waktu itu. Iya, terlepas dari itu karena hiburan kami hanya dengan membaca, jadi ada nilai positifnya juga karena akan banyak pengetahuan dan Literasi yang bagus karena banyak membaca. 

Semakin kesini, saya perhatikan budaya membaca bisa dikatakan kurang peminat, generasi sekarang lebih memilih bermedia sosial daripada membaca. Jangankan membaca buku, membaca deskripsi yang ada di media sosial pun banyak terjadi yang tidak tuntas membacanya tapi sudah berkomentar salah kata masih saja bertanya padahal di caption sudah jelas. 

Belajar dari kasus Toni, dengan keterbatasannya tidak bisa bayar sewa buku bela belain ngutang demi bisa baca buku, menurut saya itu perjuangan demi sebuah hobi membacanya. Tidak apa apa ya Ton, semoga bermanfaat apa yang sudah dibacanya. 

Ilustrasi Buku  | Sumber Pribadi 
Ilustrasi Buku  | Sumber Pribadi 
 

Buku Adalah Jendela Dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun