Mohon tunggu...
Marta Uli Tambunan
Marta Uli Tambunan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tri Hita Karana dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bali

14 Oktober 2025   21:57 Diperbarui: 14 Oktober 2025   21:57 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kehidupan masyarakat Bali tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai spiritual dan budaya yang menjadi dasar perilaku sehari-hari. Salah satu falsafah hidup yang paling mendalam adalah Tri Hita Karana, yang berarti "tiga penyebab kebahagiaan". Konsep ini menjadi pedoman dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam.

Makna dan Konsep Tri Hita Karana

Secara etimologis, Tri berarti tiga, Hita berarti kebahagiaan, dan Karana berarti penyebab. Dengan demikian, Tri Hita Karana dimaknai sebagai tiga sumber terciptanya kesejahteraan dan keharmonisan hidup. Konsep ini menekankan pentingnya keseimbangan antara tiga hubungan utama, yaitu:

1. Parahyangan: hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan melalui sembahyang, upacara keagamaan, dan rasa syukur atas karunia-Nya.


2. Pawongan: hubungan harmonis antar manusia yang diwujudkan melalui sikap gotong royong, toleransi, dan solidaritas sosial.

3. Palemahan: hubungan harmonis manusia dengan alam, dengan menjaga kelestarian lingkungan, air, tanah, dan udara sebagai wujud tanggung jawab spiritual.

Implementasi Tri Hita Karana dalam Kearifan Lokal

Nilai-nilai Tri Hita Karana hidup dalam praktik masyarakat Bali dan bersifat universal. Beberapa contoh penerapannya antara lain:

1. Subak: sistem irigasi tradisional yang mengatur pembagian air secara adil.

  • Parahyangan: pemujaan di Pura Ulun Suwi.
  • Pawongan: kerja sama antarpetani.
  • Palemahan: menjaga kesuburan tanah dan keseimbangan alam.

2. Ngaben: upacara pembakaran jenazah untuk mengembalikan unsur jasmani ke alam.

  • Parahyangan: doa kepada Tuhan.
  • Pawongan: gotong royong antarwarga.
  • Palemahan: pelepasan unsur tubuh kembali ke bumi.

3. Nyepi: hari penyucian diri dan alam semesta.

  • Parahyangan: melasti dan catur brata penyepian.
  • Pawongan: kebersamaan dalam ketenangan.
  • Palemahan: bumi dan udara beristirahat dari aktivitas manusia.

4. Seren Taun: tradisi panen masyarakat Sunda.

  • Parahyangan: rasa syukur kepada Tuhan.
  • Pawongan: partisipasi seluruh warga.
  • Palemahan: penghormatan kepada tanah dan hasil bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun