Sulfur mungkin terdengar asing, tetapi perannya besar dalam pembentukan jaringan ikat, hormon, dan enzim. Ia menjaga kulit tetap elastis, mendukung detoksifikasi hati, dan membantu penyembuhan luka. Kekurangan sulfur membuat tubuh sulit meregenerasi sel dengan baik, menyebabkan kulit kusam, kuku rapuh, dan daya tahan tubuh lemah.
5. Relevansi di Era Modern
Sayangnya, pola makan modern justru menjauhkan kita dari mineral makro. Konsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan susu semakin menurun, digantikan oleh makanan cepat saji yang miskin mineral dan sarat natrium. Akibatnya, banyak orang tidak sadar mengalami defisiensi mineral makro jangka panjang. Ini menjadi “silent epidemic” yang meningkatkan angka penyakit degeneratif.
6. Dampak Ekonomi dan Sosial
Masalah gizi bukan hanya persoalan kesehatan individu, tetapi juga menyentuh ekonomi dan produktivitas bangsa. Kekurangan kalsium meningkatkan risiko patah tulang pada usia tua, sehingga membebani biaya kesehatan. Kekurangan magnesium dapat menurunkan produktivitas kerja karena kelelahan. Masalah kesehatan ini mengurangi kualitas hidup dan berdampak pada biaya pengobatan yang harus ditanggung negara.
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa mengonsumsi suplemen mineral adalah solusi cepat. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Suplemen bisa membantu jika direkomendasikan tenaga kesehatan, tetapi konsumsi berlebihan justru berisiko menyebabkan keracunan mineral, batu ginjal, atau gangguan elektrolit. Asupan mineral sebaiknya tetap diprioritaskan dari sumber alami seperti susu, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan
Mineral makro adalah “pemeran pendukung” yang sebenarnya memegang peran utama dalam drama kehidupan tubuh kita. Mereka kecil jumlahnya, tetapi besar pengaruhnya. Mengabaikan kebutuhan mineral makro sama dengan mengabaikan fondasi rumah kita mungkin tidak melihat kerusakannya hari ini, tetapi suatu saat tubuh akan “runtuh” pelan-pelan.
Sudah saatnya kampanye kesehatan nasional tidak hanya fokus pada pengurangan gula, garam, dan lemak, tetapi juga pada peningkatan asupan mineral makro yang seimbang. Edukasi gizi di sekolah, label kandungan mineral pada produk makanan, serta program fortifikasi dapat membantu mengatasi masalah ini.
Mari kita jadikan piring makan sehari-hari bukan hanya tempat mengisi perut, tetapi juga sarana untuk menjaga keseimbangan tubuh. Memenuhi kebutuhan mineral makro berarti berinvestasi pada masa depan kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI