Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Itu Manusiawi

3 Oktober 2020   13:21 Diperbarui: 3 Oktober 2020   14:25 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ruang dan Waktu Sang Pencipta (sumber: tertera)

Suatu ketika, Sang Pencipta melihat perilaku manusia di bumi. Mereka saling bertengkar satu dengan lainnya. Tidak hanya itu, mereka saling menuduh, mengolok-olok, mencerca, mencaci maki, bahkan saling mematikan.

Sang Pencipta tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan mahluk-Nya. 

Sungguh, Ia sangatlah filosofis dan humoris, seakan dengan sengaja membuat manusia berpikir bahwa, "Hidup itu lucu ya.."

Setelah selesai memperhatikan "lucunya" kelakuan manusia di bumi, Ia berdiri dari kursi-Nya, lalu berjalan perlahan menuju rak buku semesta. 

Tepat, Sang Pencipta benar-benar memiliki rak buku. Sungguh, rak buku milik-Nya memiliki koleksi paling lengkap di seluruh alam semesta. Begitulah kira-kira gambaran ruang dan waktu milik Sang Pencipta. Sangatlah abstrak bukan? 

Terkadang kita dibuat heran oleh Dia, namun apa boleh buat; manusia hanya sebuah debu kecil dari seluruh karya-Nya.

Ia mencari perlahan dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, sambil menggesekkan telunjuk-Nya dari satu buku ke buku yang lain. Judul demi judul Ia baca hingga Sang Pencipta menemukan satu buku yang berjudul "Manusia itu Manusiawi" karya salah seorang ciptaan-Nya di bumi. 

Ia ambil buku itu secara perlahan. Disingkirkannya lapisan debu pada sampul buku itu, sehingga aroma buku tua yang khas menyeruak. Ia lalu kembali duduk, menyandarkan punggung-Nya di kursi, dan menyilangkan kaki-Nya.

Ia membaca buku itu secara singkat. 

Konsep waktu disini tidak bisa dibandingkan dengan dunia kita. Kata "singkat" di alam-Nya bisa jadi ratusan tahun lamanya di dunia manusia. Satu hari di alam-Nya bisa jadi seribu tahun di tempat kita.

Baiklah, Sang Pencipta memang seharusnya telah mengetahui segala sesuatu tanpa perlu membaca. Namun apa salah-Nya jika Ia ingin membaca lagi? 

Kita terlalu terpaku pada banyak hal, kadang kita lupa bahwa Ia pun suka dengan wangi kertas, suara gesekan ketika membalik halaman, aroma buku tua yang khas, dan lain sebagainya.

Sang Pencipta berniat untuk mengambil alih kehidupan manusia secara penuh. Maka dari itu, Ia berupaya membuat pilar kehidupan. Kemudian dibuat-Nya empat pilar pemikiran yang berfungsi sebagai penyangga hidup manusia agar tidak terpecah belah. 

Masing-masing pilar memiliki nama, yaitu Sosialisme, Humanisme, Kapitalisme, dan Liberalisme. Disebarkanlah keempat pilar penyangga itu ke seluruh penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun