Mohon tunggu...
Marsha Putria sumarno
Marsha Putria sumarno Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Unmul

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teori Feminisme Dalam Hubungan Internasional: Membawa Suara Yang Terlupakan

30 September 2025   14:25 Diperbarui: 30 September 2025   14:25 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika orang membicarakan hubungan internasional (HI), hal pertama yang terlintas dalam pikiran mereka adalah diplomasi, perang, atau PBB yang kurang akrab dengan kaum laki-laki. Namun, salah satu teori, feminisme, mengatakan bahwa dunia internasional bukan hanya tentang negara-negara besar, berbahaya, atau perjanjian, tetapi juga tentang kehidupan sehari-hari manusia.

Banyak kritik yang dilontarkan terhadap teori-teori klasik seperti liberalisme dan realisme, yang hingga kini masih banyak digunakan dalam studi hubungan internasional. Fokus utama teori-teori tersebut biasanya tertuju pada militer, keamanan nasional, dan peran kekuasaan. Namun, kenyataannya, konflik dan pengelolaan dunia secara luas justru sering membawa dampak paling berat bagi individu dan kelompok-kelompok kecil. Dari sudut pandang feminis, muncul pertanyaan penting: siapa sebenarnya yang sering terabaikan dan tidak terlihat dalam dinamika politik internasional?

Mengapa penting? 

1. Perang Bukan Hanya di Medan Tempur: Strategi tentara dan militer sering kali mengakibatkan konflik. Namun, perempuan sering kali mengalami kekerasan, pengungsian, atau kurangnya akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan. Feminisme menegaskan bahwa perang memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak-anak. 

2. Meluasnya Keamanan Menurut teori feminis, keamanan tidak hanya berarti melindungi bangsa dari orang asing atau orang asing; tetapi juga berarti melindungi hak-hak individu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, meskipun seseorang mungkin tinggal di negara yang tidak terlalu berperang, mereka sama sekali tidak aman karena kemiskinan, diskriminasi, pelecehan, atau kekerasan dalam rumah tangga.

3. Perempuan sebagai Agen Perubahan Teori feminis juga menekankan bahwa perempuan bukan hanya korban, tetapi juga agen perubahan. Hampir sebagian besar orang yang bekerja sebagai aktivis perdamaian, pembela hak asasi manusia, atau pemimpin global yang menjadi penopang stabilitas global adalah perempuan. Mereka seringkali memiliki "sisa daya" dalam relasinya dengan dunia luar. Mungkin ya, sisa daya ini melalui komunitas lokal, beberapa organisasi kemanusiaan, atau kelompok sosial lain yang berulang kali mendukung keadilan. Sekitaran kedaulatan narasi-narasi tersebut, perempuan juga ditunjuk sebagai negosiator dalam proses negosiasi. Hal ini membuktikan bahwa diplomasi jauh lebih dari sekedar kesabaran, kemampuan untuk berempati, dan untuk dapat membangun kepercayaan di luar kekuasaan.

Contoh nyata

Konflik Rwanda (1994) menjelaskan bagaimana perempuan tidak hanya menjadi korban kekerasan seksual massal, tetapi juga memainkan peran penting dalam proses rekonsiliasi setelah konflik. Pada tahun 2000, Resolusi 1325 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menekankan pentingnya perempuan dalam memastikan perdamaian dan keamanan internasional.

Penutup

Feminisme dalam hubungan internasional mengajarkan kita bahwa dunia bukan hanya tentang negara dan nilai-nilainya, tetapi juga tentang manusia, terutama mereka yang sering dikritik. Dengan melihat politik internasional dari perspektif feminis, kita dapat melihat bahwa, secara umum, perdamaian tidak dapat diterapkan pada kehidupan perempuan dan kelompok tuna rungu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun