Kita perlu revolusi dengan mengubah cara berpikir masyarakat terhadap kekuasaan dan integritas. Transparansi harus menjadi nilai bersama, bukan sekadar jargon. Digitalisasi layanan publik harus diiringi keterbukaan data agar publik dapat ikut mengawasi. Dan yang paling penting, kita membutuhkan figur teladan, dari kepala daerah hingga pejabat kampus, yang berani menunjukkan bahwa kekuasaan bukan alat memperkaya diri, melainkan amanah untuk melayani.
Apakah Kita Masih Punya Harapan? Pertanyaan itu sulit, tapi jawabannya tergantung pada kita sendiri. Korupsi tidak tumbuh sendirian; ia hidup dari diamnya masyarakat. Setiap kali kita berkata “sudah biasa”, setiap kali kita memilih diam saat melihat penyimpangan, kita ikut menyiram benih korupsi agar tetap tumbuh.
Bangsa ini masih punya harapan, tapi hanya jika kita berani mengubah cara berpikir. Mulailah dari hal kecil, menolak gratifikasi, jujur dalam laporan, mengawasi proyek publik di sekitar kita, dan tidak menormalisasi perilaku curang.
Korupsi memang kejahatan luar biasa, tapi membiarkannya menjadi budaya adalah kejahatan yang lebih besar. Jika generasi muda hari ini mau berdiri tegak menolak warisan gelap itu, mungkin untuk pertama kalinya dalam waktu lama kita bisa benar-benar berkata bahwa negeri ini sedang menuju perubahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI