Oleh: Markus Fernando Siahaan
Barangkali kita berpikir bahwa tulisan "Telor Meledak" ini bercerita mengenai kisah memasak oleh seorang chef Arnold yang ternama di Indonesia. Memang, tulisan ini ada kaitannya dengan kegiatan mama yang sedang memasak telor, setelah keadaan bom meledak yang begitu meresahkan saat ibadah Minggu pagi. Penulis memilih judul ini sebagai sebuah metafora dari keadaan bom meledak tersebut. Selamat membaca.
Kemarin hari Minggu, hari libur tentunya, dan hari dimana saya dan keluarga pergi ke Gereja, ibadah bersama, bersekutu, memuji dan memuliakan Tuhan.
Sesaat sebelum ibadah, saat ingin mematikan data internet di handphone, terlintas story whattsapp dari teman. Isinya video bom meledak di depan sebuah Gereja. Ya, tepat di depan Gereja Katedral Makassar. Saat itu jantung ini berdetak kencang. Ingin ku mengadu pada pribadi yang duduk di sampingku, namun pendeta dan para penetua sudah berjalan menuju altar. Segera kumatikan handphone ku dan kuambil saat teduh, menyerahkan hati dan pikiran pada persekutuan dengan Allah sembari memohon doa akan terror yang terjadi beberapa menit yang lalu.
      Jujur, rasa penasaran menggelora disaat ibadah berlangsung, terlebih belum banyak informasi yang kuperoleh, namun kucoba bersabar, dan menyelipkan permohonan disetiap doa dalam ibadah untuk korban dari teror tadi.
      Ibadah berakhir, segera ku cek berita di gawaiku. Benar, bom bunuh diri sudah berjalan dengan baik dilakukan oleh seorang pria dengan jaket ojek onlinenya.
       "Sungguh bodoh" ucapku dalam hati sembari melangkah pulang menuju rumah.
      Sampai sore itu aku tak henti-hentinya membuka dan membaca berita terkait bom bunuh diri itu. ada berbagai rekaman yang menunjukkan detik-detik bom meledak. Dan live streaming dari tempat kejadian pun tak hentinya disiarkan untuk mengabarkan situasi terkini.
Duuaaarrrrrrrrrrrr.......
      Suara ledakan kecil yang mengejutkan terdengar dari dapur. Aku bergegas memeriksa.
        "Suara apa itu ma?" tanyaku dengan kaget dan penasaran.