Problematika Anak Mindiptana (AMIN) Menuju Parlemen.
A. Problematika.
Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan sebagai permasalahan atau masalah.
Problem menurut KBBI diartikan sebagai "hal-hal yang masih belum dipecahkan". Sedangkan masalah sendiri berdasarkan
KBBI merupakan "sesuatu yang harus diselesaikan".Â
Jadi yang dimaksud problematika atau masalah adalah sesuatu yang dibutuhkan penyelesaian karena terdapat ketidaksesuaian antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi.
Permasalahan dapat terjadi dalam lingkup apapun, di manapun dan kapanpun serta oleh siapapun.Â
Dari pengertian problem di atas, problem atau Sebuah masalah tersebut memiliki sifat-sifat yang terpenting, diantaranya:
a. Negatif, artinya merusak, mengganggu, menyulitkan, menghalangi alat-alatÂ
untuk mencapai tujuan.
b. Mengandung beberapa alternatif pemecahan sehingga masalah itu masih  perlu dipilih atas kemungkinan-kemungkinan pemecahan melalui penilaian.Â
Sebaliknya apabila pilihan atas alternatif pemecahan itu telah ditentukan,  misalnya melalui proses pembuatan keputusan analitis maka pemecahan  masalah tinggal satu kemungkinan.
B. Anak Mindiptana (AMIN).
Anak Mindiptana (AMIN) adalah slogan dan istilah yang dicetus pada tahun 1990-an oleh putra-putri Mindiptana yang dikususkan dan dipopulerkan hingga saat ini.Â
Anak Mindiptana (AMIN) yaitu mereka yang lahir dan dibesarkanÂ
1. Lahir dan besar di MindiptanaÂ
2. Lahir di Mindiptana besar di luarÂ
3. Lahir di luar besar di Mindiptana
4. Lahir dan besar di luar namun asal orang tua dari Mindiptana atau merantau
5. Lahir dan besar di Mindiptana namun asal orang tua dari luar atau perantau
7.Menikah dengan Anak Mindiptana
6. Orang lain yang punya kepedulian dengan Mindiptana
Mindiptana merupakan Distrik tertua Di Kabupaten Boven Digoel setelah terpisah dari Kabupaten Merauke. pada tahun 2003.
Mindiptana juga dikenal sebagai tempat uji coba perkebunan karet dan cokelat pada masa pemerintahan kolonial Belanda, sekitar tahun (1950-1970) dengan wilayah administratif Onderafdeling Muyu.Â
Dan Mindiptana menjadi wilayah pendidikan bagi lima suku besar masyarakat asli Boven Digoel sebelum pemekaran dan setelah pemekaran sejak Onderafdeling Muyu dibentuk.
Problema Anak Mindiptana (AMIN)
Setelah bergabung dengan Kabupaten Boven Digoel, putra dan putri Anak Mindiptana (AMIN) secara langsung berpartisipasi dalam kegiatan politik praktis di daerah. Dalam rangka menentukan dan memilih para pemimpin daerah AMIN menjadi garda terdepan untuk konsolidasi sekaligus mengorganisir semua kepentingan politik.
Namun problema atau masalah yang dihadapi oleh Anak Mindiptana adalah keterwakilan di DPRD Boven Digoel.
Segala upaya telah dilakukan dalam kegiatan pemilu tetapi tetap saja tidak membuahkan hasil.
Penulis mencoba memberikan gambaran sebagai problema yang dihadapi oleh Anak Mindiptana (AMIN) antara lain:
1. Kurangnya Persatuan.
Persatuan dapat diartikan sebagai perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sementara kesatuan merupakan hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh.
Sehingga persatuan dan kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.
Berikut kegiatan yang dapat menimbulkan perpecahan dan hilangnya rasa persatuan dan kesatuan adalah:
Menyampaikan pendapat di muka umum berlebihan
Kurangnya rasa toleransi
Kurang kesadaran adanya gangguan luar
Mementingkan diri sendiri (egois)
2. Arogansi.
Dalam konotasi negatif biasanya mengacu pada perasaan meningkatnya status atau prestasi seseorang, sering kali disebut "keangkuhan". Sementara dalam konotasi positif mengacu pada satu perasaan puas diri seseorang terhadap tindakan atau pilihannya sendiri, atau terhadap pihak lain, atau juga terhadap suatu kelompok sosial; dapat dikatakan sebagai satu produk turunan dari pujian, refleksi diri, atau rasa memiliki yang terpenuhi.Â
Pentingkan introspeksi, bukan interpretasi; wawas diri, bukan harga diri; toleransi, bukan arogansi; amanah, bukan amarah; meminta maaf, bukan meminta perhatian.
- Fiersa Besari
3. Tidak punya Agenda politik yang jelas.
Kita tidak boleh tersandera oleh agenda politik orang lain, seperti pada polemik Partai Politik di Boven Digoel belakangan ini yang tidak menguntungkan masyarakat.Â
Kita harus punya agenda tersendiri yaitu momentum dalam kearifan lokal kita yang dapat digunakan untuk kebaikan dan kebajuan daerah.
Dilain sisi tujuan dari profesi dan karier politik kita adalah ke Senayan bukan hanya di daerah yang tentu akan menutup partisipasi generasi muda.
Sejauh ini kita belum membuktikan kemajuan berarti dalam realisasi otonomi. Struktur kesempatan baru yang terbuka di era desentralisasi ini gagal dikapitalisasi jadi fondasi kemandirian dan keberdayaan daerah. Bahkan, semakin menjauhkan konsep pemerintahan yang bekerja di ranah lokal. Pada sebab politik, akar tunjang utama tertancap dalam diri para elite. Sebagai produk kebijakan publik, tak terhindarkan determinasi politik atas kualitas desentralisasi. Sayangnya, elite kita lebih sigap memanipulasi arah kebijakan dan alokasi sumber daya bagi dirinya, jauh dari serius untuk berkhidmat mengurus nasib publik.
Demikian ulasan singkat mengenai problematika Anak Mindiptana (AMIN) dalam upaya mewujudkan keterwakilan di Parlemen Boven Digoel sebagai representasi dari masyarakat Suku Muyu di Kabupaten Boven Digoel.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI