UMKM sering dipuji sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM (2024), lebih dari 64 juta UMKM berkontribusi sekitar 61% terhadap PDB nasional. Namun, angka besar ini tidak menjamin setiap UMKM berjalan mulus. Banyak yang akhirnya kesulitan bertahan hanya karena melakukan kesalahan sederhana yang dianggap sepele, padahal dampaknya bisa fatal. Lalu, apa saja kesalahan itu? Mari kita bahas satu per satu.
1. Tidak Punya Pencatatan Keuangan yang Rapi
Banyak pelaku UMKM yang mencampur uang pribadi dengan bisnis. Padahal, tanpa pencatatan yang jelas, sulit mengetahui apakah bisnis benar-benar untung atau justru merugi. Menurut laporan Bank Indonesia, sekitar 70% UMKM masih belum memiliki sistem pembukuan yang baik.
2. Mengabaikan Data Penjualan
Keputusan bisnis sering kali diambil hanya berdasarkan "feeling". Padahal, data transaksi bisa menjadi sumber insight berharga: produk mana yang laris, pelanggan mana yang paling loyal, hingga kapan waktu ramai belanja. Tanpa analisis data, strategi bisnis rentan salah arah.
3. Terlalu Bergantung pada Diskon
Memberikan potongan harga memang cepat menarik perhatian, tetapi jika dilakukan terus-menerus, margin keuntungan bisa tergerus. Lebih baik fokus pada value, misalnya kualitas produk, layanan pelanggan, atau membuat kemasan semakin menarik namun tetap memiliki nilai bagi pelanggan.
4. Tidak Memanfaatkan Teknologi
Masih ada UMKM yang mencatat order secara manual atau hanya mengandalkan chat biasa tanpa sistem terintegrasi. Kesalahan kecil seperti salah mencatat alamat atau stok kosong bisa menimbulkan komplain pelanggan. Dengan teknologi seperti order management system ataupun toko digital, semua proses bisa lebih efisien dan minim kesalahan.
5. Kurang Fokus pada Customer Experience
Produk bagus saja tidak cukup jika pelayanan mengecewakan. Survei PwC (2023) menunjukkan 73% konsumen akan meninggalkan brand setelah mengalami pelayanan buruk lebih dari satu kali. Pelayanan cepat, ramah, dan konsisten adalah faktor penting untuk mempertahankan pelanggan.
6. Tidak Bangun Database Pelanggan
Banyak UMKM hanya menunggu pelanggan datang lagi tanpa menyimpan data mereka. Padahal, database pelanggan adalah aset yang bisa digunakan untuk follow-up, promosi personal, hingga membangun komunitas loyal.
7. Enggan Beradaptasi dengan Perubahan
Pasar selalu berubah: tren produk, cara belanja, hingga kebijakan pemerintah. UMKM yang kaku dan tidak mau menyesuaikan diri akan cepat tertinggal. Contohnya, ketika e-commerce berkembang pesat, banyak yang masih bertahan hanya mengandalkan penjualan offline, akhirnya kalah saing. Padahal UMKM memiliki pilihan alternatif lain yang bisa digunakan jika ingin menghindari beban biaya yang cukup banyak ditanggung ketika menggunakan platform e-commerce. Misalnya Toko Digital yang dimiliki oleh Dazo.Â
Kesimpulan
Dari tujuh kesalahan di atas, sebagian mungkin terdengar sederhana, tetapi jika terus diabaikan, dampaknya bisa membuat bisnis mandek bahkan gulung tikar. Kabar baiknya, semua kesalahan itu bisa diperbaiki dengan langkah yang tepat. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi. Dazo menghadirkan aplikasi Toko Digital yang dirancang untuk membantu UMKM menjual produk atau layanan secara online dengan lebih mudah. Melalui platform ini, pengelolaan order, data pelanggan, hingga pengalaman belanja bisa dioptimalkan tanpa banyak biaya tambahan sehingga tidak ada potongan signifikan dari total pendapatan, sehingga UMKM bisa fokus berkembang tanpa harus terjebak kesalahan sepele.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI