Mohon tunggu...
Dewi Mariya Ulfah
Dewi Mariya Ulfah Mohon Tunggu... Freelancer - Pengajar & Freelance Writer

Pengajar yang berusaha menjadi pendidik dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Alasan Sebaiknya Orangtua Berhenti Membantu Anak-anaknya Mengerjakan PR

27 April 2019   10:20 Diperbarui: 27 April 2019   10:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.firstfinance.biz

Banyak orang tua percaya, bahwa jika mereka tidak memeriksa proses pengerjaan PR, anak-anak mereka akan belajar dengan buruk. Tapi para peneliti dari Universitas Texas di Austin dan Duke membuktikan sebaliknya. 

Mereka telah mengumpulkan data bagaimana peran orang tua dalam proses pengerjaan tugas rumah anak mempengaruhi nilai, dan menemukan bahwa pendampingan oleh orang tua tidaklah diperlukan selama tingkat sekolah dasar, dan mempengaruhi hasil ujian secara negatif di tingkat SMP dan SMA.

Berikut alasan mengapa anak harus bertanggung jawab pada PR mereka:

Anak-anak bisa kehilangan semangat belajar 
Menurut hasil penelitian, makin banyak orang tua yang terlibat dalam proses pengerjaan PR anak-anak mereka, semakin sedikit anak yang mau belajar. Anak-anak yang orang tuanya duduk disamping mereka dan mengatakan apa yang harus dilakukan, mengendalikan setiap langkah, dan bahkan mengerjakan tugas rumah mereka, memiliki motivasi yang lebih rendah. Bagaimanapun juga, anak-anak yang orang tuanya tidak menekan mereka, memiliki keinginan yang lebih besar untuk mempelajari hal-hal baru. 

Sebagai orang tua, cobalah longgarkan kendali, dan hanya membantu jika anak-anak Anda memintanya sendiri. Dalam hal ini Anda harus menjelaskan pada anak-anak apa yang tidak mereka pahami, tapi Anda tidak harus mengerjakan tugas rumah mereka. 

Jika anak-anak Anda tetap tidak bisa mengerjakan tugas mereka, seorang psikolog, Lyudmila Petranovskaya merekomendasikan untuk "menggabungkan" emosi-emosi mereka: akui bahwa mereka berhak untuk tidak menulis tulisan yang sama sebanyak 10 baris berturut-turut. 

Setelah itu ajari mereka "menelan katak" (yang berarti mengatasi situasi sulit dan tidak menyenangkan) dengan membagikan metode Anda sendiri untuk memenuhi tugas yang tidak mereka inginkan.

Mereka tidak belajar untuk bertanggungjawab
Dengan membuat anak Anda melakukan tugas rumah, mengendalikan proses, dan menghukum mereka untuk nilai yang jelek, Anda mengambil tanggungjawab mereka untuk belajar, yang berarti Anda menghapus tanggungjawab itu dari anak-anak Anda. Oleh sebab itu, selama Anda mengendalikan anak-anak Anda, mereka tidak akan bertanggungjawab. 

Menurut Lyudmila Petranovskaya, membesarkan anak-anak dengan metode "tongkat pemukul" tidak membantu mereka karena dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang hal-hal dalam kehidupan saat mereka dewasa. 

Hukuman dan pujian harus ada sehingga mereka tahu apa yang harus dipilih. Biarkan konsekwensi itu terjadi. "Apakah kamu lupa guru memintamu untuk menggambar? Ini berarti kamu harus mengerjakannya daripada bermain game di komputer." 

"Kamu tidak mengerjakan PRmu? Jelaskan sendiri pada gurumu." Memberikan perhatian Anda untuk masa depan anak-anak Anda lebih penting daripada harus menjelaskan hukuman apa yang pantas mereka terima jika tidak mengerjakan tugas rumah. Biarkan anak-anak Anda memiliki kemampuan mereka sendiri secara tepat untuk bertanggungjawab pada tindakan mereka.

Hubungan orang tua dan anak akan rusak
"Pekerjaan rumah sudah selesai, dan sekarang suara ibu sudah habis karena terus berteriak padamu." Adalah sebuah ungkapan yang sering kita dengar. 

Tapi ketika tiba saatnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang lain bersama anak-anak Anda, semuanya tidak lagi menyenangkan. Daripada memeriksa setiap tugas, para psikolog merekomendasikan untuk membangun sebuah hubungan kepercayaan dengan anak-anak Anda, dan menghabiskan waktu bersama. Membaca dengan lantang, mendiskusikan hal-hal yang sedang terjadi dalam ilmu pengetahuan alam dan dunia, dan menemukan hal-hal baru yang menarik untuk dilakukan bersama. 

Jika Anda tidak ingin menerima nilai selain A, tanyakan pada diri Anda sendiri mengapa Anda begitu ingin mendapatkan nilai A tersebut. Anak-anak merasa tidak dicintai dalam keluarga dimana mendapatkan nilai jelek bisa secara pasti merubah cara memperlakukan mereka. 

Para psikolog mengatakan bahwa belajar adalah tugas pribadi setiap anak, sedangkan tugas pribadi para orang tua adalah memberikan cinta dan kasih sayang pada anak-anaknya tanpa syarat. Bukankah cinta dan kasih sayang lebih penting daripada nilai-nilai dalam rapor? Lalu bagaimana cara Anda memotivasi anak-anak Anda jika mereka tidak ingin mengerjakan tugas rumah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun