Nampaknya Menteri Keuangan yang baru, Purbaya, yang menggantikan posisi Sri Mulyani, ingin membuat gebrakan awal untuk menunjukkan kepada publik bahwa dirinya tidak hanya sekadar "penjaga kas negara", melainkan juga inovator dalam tata kelola fiskal.Â
Salah satu ide yang ia lontarkan ke media adalah wacana mengalihkan dana pemerintah dari Bank Indonesia (BI) ke bank lain. Menurut pernyataan Purbaya, ia tengah mempertimbangkan memindahkan sekitar Rp200 triliun dari total Rp450 triliun dana pemerintah yang saat ini mengendap di BI.Â
Alasannya sederhana namun penuh konsekuensi: uang itu jangan hanya "diam di brankas" sebagai saldo kas negara, tetapi bisa diputar agar lebih produktif, memberi likuiditas ke perbankan, dan mendorong ekonomi riil.
Langkah ini jelas bukan hal kecil. Dana ratusan triliun bukan sekadar angka di layar komputer, melainkan darah segar yang mengalir di nadi sistem keuangan nasional. Kalau salah kelola, dampaknya bisa berantai: dari stabilitas rupiah, perbankan, hingga kepercayaan publik terhadap negara. Maka, ide Purbaya ini patut ditelisik dengan saksama: apa sebenarnya risiko dan peluangnya?
Antara Brankas dan Tetangga yang Jago Dagang
Untuk memudahkan pembaca awam, mari kita bayangkan begini: menaruh dana pemerintah di BI itu seperti menaruh uang di brankas rumah sendiri. Aman, tidak menghasilkan apa-apa, tapi kita tahu betul uang itu ada, bisa dicek, bisa dipakai kapan pun, dan yang penting---tidak akan diutak-atik untuk kepentingan lain.
Sementara kalau dana itu dipindahkan ke bank komersial, ibaratnya kita menitipkan uang ke tetangga yang jago berdagang. Uang kita tidak hanya disimpan, tapi diputar untuk bisnis: bisa berdagang beras, menjual gadget, atau membuka toko kelontong.Â
Keuntungannya, uang itu jadi produktif---tetangga bisa kasih imbal hasil, lingkungan pun hidup karena ada perputaran ekonomi.Â
Tapi, tentu ada risiko: bagaimana kalau dagangannya rugi? Bagaimana kalau si tetangga tergoda memakainya untuk sesuatu yang berisiko tinggi? Amanah jadi taruhan.
Perumpamaan ini tepat untuk menggambarkan dilema Purbaya: memilih keamanan absolut ala brankas, atau memilih produktivitas dengan risiko ala tetangga yang lihai berdagang.
Potensi Positif