Apa arti air matamu Noel?
Sungguh sebuah pertunjukan langka---seorang aktivis yang dulu lantang bersuara, kini duduk dengan baju oranye, tangan terborgol, dan wajah berlinang air mata.Â
Imannuel Ebenezer, atau yang akrab dipanggil Noel, ditetapkan tersangka oleh KPK setelah operasi tangkap tangan dalam kasus pemerasan dan korupsi di Kementerian Ketenagakerjaan. Kamera-kamera wartawan menyorot tajam, publik menahan napas, dan yang keluar darimu hanyalah... tangisan.
Air mata apa itu, Noel?
Air mata penyesalan? Atau sekadar air mata kesedihan karena tertangkap basah?
Sebab menurut laporan KPK, praktik pemerasan yang melibatkan dirimu bukan baru semalam. Katanya, itu sudah berlangsung sejak 2019. Jadi, apa yang benar-benar membuatmu menangis? Apakah engkau menyesal karena mencuri, atau karena tidak lihai bersembunyi sehingga justru saat engkau baru saja terlibat dengan berpura-pura tidak tahu dan minta jatah 3 milyar dengan bonus moge Ducati malah ketahuan KPK?
---
Dulu, engkau sempat dielu-elukan. Dari seorang pengojek online, mendadak meroket: komisaris, lalu wakil menteri. Sebuah perjalanan yang biasanya hanya bisa ditemukan di sinetron penuh plot twist. Tapi kini, grafik hidupmu berbelok tajam---dari gedung kementerian menuju gedung KPK, dari kursi empuk menuju kursi pesakitan.
Mungkin engkau menangis karena menyadari betapa cepat roda berputar. Kata filsuf Yunani Herakleitos, "Satu-satunya yang pasti dalam hidup adalah perubahan." Ah, tapi ia lupa menambahkan: perubahan itu bisa dari ruang rapat ke ruang tahanan.
Dan ironinya, Noel, publik juga masih ingat pernyataanmu sendiri. Kau pernah lantang berkata di depan kamera bahwa "calon menteri harus siap dihukum mati bila melakukan korupsi." Hebat, Noel. Dulu suaramu terdengar seperti palu godam. Kini kata-katamu terdengar seperti ironi yang berbalik menampar wajahmu sendiri. Dulu kau menuntut hukuman mati untuk orang lain, sekarang kau menangis minta pengampunan untuk dirimu sendiri.
---