Pendidikan bukan sekadar soal evaluasi. Bila kita ingin menghadirkan sistem pendidikan yang berpihak pada murid, maka:
1. Desentralisasi Penilaian
Beri ruang kepada sekolah untuk menentukan bentuk evaluasi yang sesuai dengan konteks lokal. Biarkan guru yang memahami karakter muridnya memimpin proses asesmen.
2. Gabungan Penilaian Kognitif dan Non-Kognitif
Evaluasi tidak cukup dengan soal pilihan ganda. Harus ada portofolio, proyek, observasi karakter, dan kontribusi sosial yang dijadikan indikator kemampuan siswa.
3. Pastikan Infrastruktur Merata Sebelum Implementasi
Pemerataan teknologi adalah prasyarat mutlak jika TKA berbasis digital ingin diterapkan. Tanpa ini, ketidakadilan hanya akan makin nyata.
4. Pendidikan Karakter Jangan Sekadar Narasi
Jika karakter menjadi tujuan utama pendidikan, maka evaluasi pun harus mampu mengukur karakter. Tidak cukup hanya literasi dan numerasi.
---
Jangan Mengulang Kesalahan Lama
Albert Einstein pernah berkata, "Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda." Jika TKA tidak membawa perubahan esensial dari UN, maka ini hanyalah pengulangan kegilaan yang sama. Murid tetap jadi korban. Guru tetap tidak dipercaya. Pendidikan tetap jadi proyek, bukan proses.
Kita membutuhkan revolusi paradigma, bukan sekadar ganti istilah. Karena pendidikan sejati adalah yang membebaskan, bukan yang menekan. Yang membimbing, bukan yang menghakimi. Dan yang menjadikan murid sebagai manusia utuh---bukan sekadar angka di rapor kebijakan.
---
"Anak-anak adalah pesan hidup yang kita kirim ke masa depan yang tak akan pernah kita lihat." -- John W. Whitehead
Maka, mari pastikan pesan itu tidak kabur karena tinta kebijakan yang tak konsisten.