Seharusnya Bagaimana?
Jika memang ingin menggugat kepemimpinan Jokowi, seorang intelektual publik seperti Rocky Gerung seharusnya mengajak publik berdiskusi tentang data kemiskinan, indeks pembangunan manusia, indeks demokrasi, atau ketimpangan ekonomi. Kritik harus disertai analisis yang jernih dan argumen yang berdasar, bukan permainan diksi yang membius.
Filsafat, pada akhirnya, bukan sekadar membolak-balik kata untuk tampak cerdas. Filsafat adalah pencarian makna dan kejujuran intelektual. Seperti kata Karl Popper, "Science may be described as the art of systematic oversimplification --- the art of discerning what we may with advantage omit." Dalam kritik publik, kita harus tahu mana yang perlu disebutkan dan mana yang justru harus dihindari agar masyarakat tidak disesatkan.
---
Menutup dengan Kearifan
Dalam khasanah kearifan Timur, kita mengenal pepatah Jawa: "Ajining dhiri saka lathi, ajining rogo saka busana." (Harga diri seseorang tergantung dari ucapannya, harga fisiknya dari pakaiannya). Seorang intelektual harus menjaga kehormatan dengan ucapannya --- bukan karena ia penuh sindiran, tetapi karena ia membangun kejelasan, kejujuran, dan keberanian berpikir lurus.
Rocky Gerung boleh saja menyebut dirinya filsuf, tetapi publik juga berhak bertanya: Apakah filsafat hanya akan dijadikan alat provokasi, ataukah akan kembali menjadi cahaya yang menerangi akal sehat bangsa?
Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Immanuel Kant: "Sapere aude" --- beranilah berpikir sendiri.
Namun lebih dari itu, kita juga harus berani berpikir jernih dan jujur --- tidak hanya terhadap kekuasaan, tetapi juga terhadap mereka yang mengaku sebagai pengkritiknya.
---
Penutup: