Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menilai Logika Rocky Gerung: "Ijazah Jokowi Asli, Jokowi yang Palsu

20 Juli 2025   09:00 Diperbarui: 20 Juli 2025   09:00 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rocky Gerung (Antara)

Sebaliknya, pernyataan Rocky justru berpotensi menjadi apa yang oleh Jean Baudrillard sebut sebagai "simulakra" --- tanda-tanda yang meniru realitas tapi kehilangan makna aslinya. Kalimat itu tampak filosofis, tetapi sebenarnya bisa berujung pada kabut logika yang menyesatkan publik.

---

Mengaburkan, Bukan Mencerahkan

Masalah utama dari pernyataan seperti ini adalah efeknya terhadap ruang publik. Ketika perdebatan tentang ijazah Jokowi sudah diselesaikan oleh fakta-fakta hukum, memperpanjangnya dengan retorika absurd justru mengalihkan perhatian dari isu-isu substansial: kemiskinan, pendidikan, ketimpangan sosial, korupsi struktural, dan lainnya.

Dalam demokrasi yang sehat, publik harus diajak berpikir kritis, bukan hanya berpikir sinis. Kritik yang baik tidak berhenti pada sindiran kosong, tetapi menawarkan arah, solusi, atau setidaknya membuka ruang dialog berbasis data dan etika. Seperti kata filsuf Prancis, Michel Foucault, "Kritik adalah seni menolak menjadi diperintah dengan cara tertentu dan oleh orang tertentu." Tapi kritik juga butuh tanggung jawab, bukan sekadar provokasi.

---

Kekeliruan Logika: Ketika Diksi Menggantikan Bukti

Secara epistemologis, pernyataan Rocky mengandung beberapa kesalahan nalar:

1. Ambiguitas Konsep
Ia menggunakan istilah "palsu" tanpa menjelaskan dalam konteks apa: palsu secara moral? Politik? Identitas? Tanpa klarifikasi, kata "palsu" hanya jadi bom asap.

2. Kesalahan Reduksi
Dengan menyederhanakan kritik terhadap kebijakan Jokowi menjadi kritik terhadap "keaslian dirinya", Rocky mengabaikan kompleksitas politik dan peran institusi.

3. Personalisasi Isu Publik
Ia mempersonalisasi isu struktural --- seperti kegagalan kebijakan --- menjadi tuduhan identitas. Ini justru melemahkan daya kritis publik karena menjauh dari substansi.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun