Lebih dari Sekadar PremanismeÂ
Selama ini, preman sering dituding sebagai biang kerok penghambat investasi. Tapi kenyataannya, persoalan jauh lebih kompleks. Premanisme hanyalah satu sisi dari gunung es masalah investasi di Indonesia. Di balik layar, masih banyak masalah mendasar lain yang justru bersumber dari institusi resmi negara, birokrasi berbelit, dan korupsi yang masih mengakar.
Kasus yang baru-baru ini mencuat di Banten menjadi contoh gamblang. PT Chandra Asri Alkali---anak usaha Chandra Asri Petrochemical---yang sedang membangun pabrik alkali senilai Rp5 triliun di Cilegon, justru menjadi korban pemalakan yang dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan lembaga resmi.
---
Ketika Pemeras Bukan Lagi Preman Jalanan
Dalam kasus tersebut, oknum dari organisasi yang mengklaim mewakili Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Cilegon diduga meminta agar proyek bernilai triliunan itu dikerjakan oleh kontraktor lokal yang mereka tunjuk. Ancamannya? Jika permintaan itu tak dituruti, proyek akan diganggu.
Manajemen PT Chandra Asri melaporkan kejadian ini ke Polda Banten, yang kini sedang menyelidiki dugaan tindak pemerasan. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Banten Kombes Pol Nandar menyatakan bahwa pihaknya telah memanggil beberapa saksi dan akan menindaklanjuti kasus ini secara serius.
Ini bukan cerita fiktif. Ini adalah potret nyata bagaimana investasi skala besar pun bisa tersandung oleh budaya "premanisme resmi"---yang mengancam tak hanya dunia usaha, tetapi juga reputasi Indonesia di mata dunia.
---
Peringkat Investasi Indonesia: Masih Tertinggal
Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif seperti OSS (Online Single Submission) dan UU Cipta Kerja, kenyataannya Indonesia belum mampu menembus jajaran teratas dalam indeks kemudahan berusaha.