Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Megawati Sedang Menciptakan Matahari Kembar?

23 Februari 2025   18:52 Diperbarui: 23 Februari 2025   18:52 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati dan Prabowo (liputan6.com)

Keputusan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), yang menginstruksikan para kepala daerah dari kader partainya untuk menunda keikutsertaan dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah memicu perdebatan panas. Langkah ini bukan sekadar sikap politik biasa, melainkan sebuah keputusan strategis yang memiliki konsekuensi besar, baik secara internal di dalam PDIP maupun secara eksternal dalam dinamika politik nasional.

Dilema Internal Kader PDIP

Bagi para kepala daerah dari PDIP, instruksi Megawati menghadirkan dilema besar. Mengikuti instruksi berarti menunjukkan ketidakpatuhan terhadap presiden yang secara konstitusional adalah kepala pemerintahan. Namun, menolak instruksi partai dapat berujung pada sanksi internal yang serius. PDIP dikenal sebagai partai yang menuntut disiplin tinggi dari kadernya, sebagaimana terlihat dalam berbagai pemecatan terhadap anggota yang dianggap tidak mengikuti arahan partai.

Dari sudut pandang hukum, tidak ada aturan eksplisit yang memungkinkan Kementerian Dalam Negeri memberikan sanksi kepada kepala daerah yang mengikuti instruksi partai. Namun, Menteri Dalam Negeri telah menegaskan bahwa kepala daerah harus tunduk pada kepentingan rakyat yang memilih mereka, bukan kepada partai. Ini menegaskan bahwa begitu seseorang terpilih menjadi pemimpin daerah, loyalitas utamanya seharusnya kepada rakyat, bukan kepada kepentingan politik sempit partai.

Ketegangan Politik: Megawati vs. Prabowo?

Instruksi Megawati ini juga berpotensi menimbulkan ketegangan politik antara PDIP dan pemerintahan Prabowo. Dalam politik, konsep matahari kembar sering kali digunakan untuk menggambarkan dua pusat kekuasaan yang saling bersaing. Dengan instruksi ini, Megawati seolah menciptakan kepatuhan ganda bagi kader PDIP yang menjabat sebagai kepala daerah: antara menjalankan kebijakan pemerintah pusat atau tetap setia pada arahan partai.

Dampak dari dinamika semacam ini sudah terlihat dalam kasus sebelumnya. Saat Ganjar Pranowo, yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20, Presiden Joko Widodo secara terbuka menyatakan kekecewaannya. Keputusan tersebut, yang diduga kuat didasarkan pada tekanan internal PDIP, menjadi titik awal keretakan hubungan antara Jokowi dan partainya sendiri.

Kini, dengan Megawati mengambil sikap serupa terhadap Prabowo, bukan tidak mungkin ketegangan serupa akan terjadi. Jika kepala daerah PDIP tidak mendukung kebijakan nasional yang dikeluarkan oleh pemerintahan Prabowo, hal ini bisa memperlemah stabilitas pemerintahan dan membuat kebijakan nasional sulit berjalan.

Apakah Ini Pembangkangan Politik?

Langkah Megawati juga menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah ini tidak mencampuradukkan peran partai dan ketua partai dengan pemerintahan? Dalam sistem demokrasi, partai politik memang memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan negara, tetapi setelah seorang kader terpilih sebagai kepala daerah, kepentingan rakyat harus menjadi prioritas utama. Ada yang menilai sikap Megawati sebagai bentuk pembangkangan terhadap sistem pemerintahan yang sah. Jika kepala daerah lebih patuh pada instruksi partai daripada kepada kebijakan pemerintah pusat, maka itu bisa mengarah pada instabilitas politik yang lebih besar.

Kontroversi Pembelaan terhadap Hasto Kristiyanto

Di tengah situasi ini, sikap PDIP yang mati-matian membela Sekjen-nya, Hasto Kristiyanto, yang menjadi tersangka kasus korupsi, semakin memicu tanda tanya. Dalam beberapa kesempatan, PDIP menunjukkan perlawanan terhadap proses hukum yang berjalan, bahkan menyebutnya sebagai kriminalisasi politik. Namun, bagi publik, sikap ini bisa dianggap sebagai upaya menutupi sesuatu yang lebih besar. Jika Hasto sampai dibawa ke pengadilan dan dinyatakan bersalah, apakah ada rahasia yang bisa terbongkar? Apakah ada kekhawatiran lebih besar yang membuat PDIP begitu gigih mempertahankan Hasto?

Dampak Negatif dan Tantangan ke Depan

Instruksi Megawati ini membawa berbagai dampak negatif, di antaranya:

1. Keraguan Publik terhadap PDIP -- Sikap PDIP yang terlalu kaku dalam mendisiplinkan kadernya dapat membuat partai ini kehilangan simpati masyarakat, terutama dari pemilih moderat yang menginginkan politik yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kepentingan rakyat.

2. Hubungan Tidak Harmonis dengan Pemerintah -- Jika kepala daerah PDIP enggan bekerja sama dengan pemerintahan Prabowo, maka kebijakan nasional bisa terhambat, dan ini bisa berdampak pada efektivitas pembangunan di daerah.

3. Kemungkinan Retaknya Internal PDIP -- Tidak semua kader memiliki pandangan yang sama. Jika tekanan terlalu kuat, bukan tidak mungkin akan muncul perpecahan di dalam partai.

Bagaimana Seharusnya Sikap PDIP?

Agar marwah PDIP tidak semakin terpuruk, Megawati dan partainya perlu mengambil langkah-langkah berikut:

1. Fokus pada Kepentingan Publik -- PDIP harus lebih menekankan pada kepentingan rakyat daripada sekadar kepentingan politik jangka pendek.

2. Menghormati Sistem Pemerintahan -- Kepala daerah yang berasal dari PDIP harus diberi kebebasan untuk menjalankan tugas mereka tanpa tekanan politik yang berlebihan.

3. Konsolidasi Internal yang Sehat -- Daripada terlalu keras dalam menegakkan kedisiplinan partai, PDIP perlu menciptakan ruang diskusi yang lebih demokratis di dalam internal partai.

Instruksi Megawati ini bisa menjadi momentum bagi PDIP untuk menentukan arah ke depan: apakah tetap menjadi partai yang solid dan berorientasi pada rakyat atau justru semakin terjebak dalam konflik internal dan eksternal yang berlarut-larut. Jika tidak dikelola dengan baik, matahari kembar yang kini sedang terbentuk bisa menjadi awal dari perpecahan politik yang lebih besar di masa mendatang.***MG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun