Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perangkap Nepotisme Menjebak Trah Jokowi

15 Desember 2019   14:54 Diperbarui: 15 Desember 2019   14:59 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Okezone.com

Kekuasaan memang sangat menggoda. Tidak terkecuali bagi generasi Jokowi. 

Sebelumnya, pada saat periode pertama sebagai pemegang kekuasaan di negara ini, jauhnya keluarga Jokowi dari kursi kekuasaan adalah kelebihan yang dipandang sebagai indikator bahwa Jokowi jauh dari bau nepotisme. Anak - anaknya pun seperti tahu diri, lebih menekuni bisnis daripada masuk gelanggang politik praktis.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada periode ke dua ini nampaknya hal itu tidak berlaku lagi. 

Seperti memanfaatkan momentum, bahkan yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah tidak hanya putra sulungnya, tapi juga menantunya. Kalau putra sulungnya Gibran maju bertarung untuk walikota Solo, menantunya pun tidak mau ketinggalan mengajukan diri sebagai calon walikota Medan. (BBC.Com)

Nampaknya pencalonan ini direstui Jokowi dengan ungkapan "tidak menghalangi keinginan" mereka. (Kompas.com)

Sebenarnya hak untuk berpolitik adalah berlaku bagi semua, juga bagi keturunan dan sanak saudara penguasa. Namun khusus untuk negeri kita nepotisme adalah pengalaman buruk yang membuat politik kita berbau busuk. Karena nepotisme telah merusak sendi - sendi demokrasi yang menyebabkan kolusi dan korupsi merajalela.

Pengalaman buruk itulah yang menjadikan muncul perlawanan dan reformasi. Anti Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) adalah narasi yang sudah menjadi nyala api perjuangan yang melahirkan para pahlawan reformasi.

Seharusnya Jokowi sebagai anak kandung hasil perjuangan reformasi sangat kritis akan hal ini. Karena jika darah para pahlawan reformasi itu tidak mengalir, tidak mungkin dirinya bisa menduduki tampuk kekuasaan seperti sekarang ini.

Ketika anak dan menantunya diijinkan untuk ikut merebut kekuasaan maka saat itu sebenarnya Jokowi sudah mencederai jiwa reformasi yang seharusnya juga harus dia jaga.

Karena apapun alasannya, ketika anak dan menantunya ikut dalam ajang pilkada, jelas sekali mereka menunggangi dirinya yang saat ini masih sedang berkuasa.

Berani mengajukan diri saja dalam pilkada sudah menunjukkan bahwa baik anak dan menantunya bertumpu pada kuasa yang saat ini sedang dia pegang. Tanpa itu, mereka bukan siapa - siapa karena sama sekali tidak punya jejak dalam karir politik. Karena mereka adalah anak dan menantu presiden lah maka peluang itu dapat mereka raih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun