Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa PSI, Gerbong Caleg Millenial Sulit Melesat?

11 Maret 2019   07:56 Diperbarui: 11 Maret 2019   08:20 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Tweeter @psi.or.id

Bicara mengenai Caleg Millenial, mau tak mau kita akan melirik Partai Solidaritas Indonesia atau PSI. Karena di partai ini bukan hanya Calegnya saja yang milenial tapi juga termasuk Partai nya. 

Sejak kemunculan nya partai ini coba membranding dirinya dengan perubahan dan pembaharuan. Program dan komentar - komentar dari para pengurusnya sering menghiasi media. Terutama mengkritisi sistem dan partai jaman old. 

Kritik mereka ini bukan tidak berisiko, beberapa kali mereka dilaporkan ke polisi karena dituduh menghina lawan politik mereka. Iklan dan pose para caleg merekapun sangat trend ala anak jaman now.

Dalam arti tertentu, usaha mereka sebagai partai baru nampaknya cukup berhasil. Sekurangnya, bila dibandingkan dengan beberapa partai yang juga baru muncul di Pemilu dan Pileg ini. Namun, di beberapa survei angka elektabilitas mereka masih berkutat di bawah, bahkan terancam untuk tidak bisa menembus Threshold di Senayan.

Mengapa? Kenapa publik masih belum melirik mereka, termasuk juga di sini sesama pemilih milenial?

Saat ini Indonesia mempunyai banyak partai. Bagai musim semi, partai - partai ini bermunculan setelah cukup lama dibatasi hanya tiga partai pada jaman orde baru. 

Kalau diperhatikan sebenarnya para pendiri partai itu adalah orang - orang lama yang memisahkan diri dari partai - partai lama, terutama dari Golongan Karya. Hal itu berarti partai ini tidak benar - benar baru.

Partai - partai papan atas dan menengah ini kita lihat memang diisi oleh partai lama dan partai baru dengan orang lama tersebut. Sebut saja: PDIP, Golkar, PPP, Demokrat, Nasdem, Hanura. 

Dengan adanya orang - orang lama di partai - partai tersebut, nampaknya pengalaman mereka membuat partai lebih siap berkompetisi. Dan juga kelihatannya masyarakat masih lebih suka memilih tokoh - tokoh yang sudah mereka kenal.

Memang ada fenomena menarik ketika kemunculan Partai Keadilan yang sekarang menjadi PKS untuk pertama kalinya. Partai ini langsung menarik perhatian dengan kegiatan dan solidaritas yang mereka lakukan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. 

Sebagai partai baru waktu itu, masyarakat menjadi bersimpati dan memilih mereka. Sayang kemudian mereka mengalami turbulensi korupsi dan terjebak dalam isu eksklusivitas.

Dengan melihat ini PSI nampaknya harus belajar. Masyarakat memang masih menunggu pembuktian dari mereka. Program dan janji mereka nampaknya belum cukup menarik simpati. 

Tentu kasus yang menimpa Partai Demokrat juga punya pengaruh. Partai ini pernah dianggap sebagai partai anak muda karena  para pengurusnya kebanyakan berusia muda, namun anak - anak muda ini terlibat kasus korupsi, sehingga masih membawa trauma tersendiri. 

Sebagai partai yang mengusung nasionalisme, PSI harus bersaing dengan partai - partai nasionalis tua yang selama ini memang sudah menikmati mayoritas dukungan masyarakat seperti: PDIP, Golkar, Demokrat, Nasdem. Artinya mereka harus bisa menawarkan program unggulan yang unik, untuk merebut suara tradisional dari partai - partai nasionalis itu.

Belajar dari fenomena PKS, seharusnya PSI muncul bukan hanya dengan janji dan program tapi juga dengan kegiatan nyata di tengah masyarakat.

Walau sesama Millenial, untuk mendulang suara anak jaman now pun, PSI harus lebih kreatif, karena di partai - partai tua itupun bertaburan orang muda yang lebih dikenal seperti para artis dan selebritis. Kalau dilihat Caleg PSI sekarang ini  banyak yang berasal dari aktivis, termasuk teman - teman penulis. Mereka memang orang - orang idealis, tapi tidak cukup dikenal dan belum punya masa.

Melihat ini semua, jika PSI benar - benar mau menjadi partai besar yang bisa menyumbangkan hal baru bagi bangsa ini, kerja keras dan kreativitas harus ditingkatkan. 

Dan seandainya pun di Pemilu kali ini PSI masih masuk partai gurem, namun militansi, solidaritas, kerja keras untuk rakyat, inklusifitas, menghargai kebhinekaan, bersih dan anti korupsi adalah hal - hal yang harus jadi branding PSI. Hanya dengan demikianlah gerbong anak - anal Millenial ini bisa melesat. ***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun