Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kasus Beras, Momentum untuk Melawan Mafia Pangan

27 Juli 2017   10:46 Diperbarui: 29 Juli 2017   05:19 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan sistem ijon, walau harga komoditi itu mahal dipasar, namun tidak bisa dinikmati petani karena mereka sudah menjual sebelum panen kepada para pemburu rente ini. 

Dengan usaha sendiri, petani akan sulit keluar dari perangkap mematikan para tengkulak ini. Kadang-kadang ada pihak luar yang coba membantu mereka untuk memutus rantai lingkaran setan tengkulak ini. Biasanya hal ini dilakukan oleh lembaga non-profit atau koperasi. Caranya dengan mengganti peran tengkulak yakni membeli langsung ke petani dan mencari pasar untuk mereka. Dengan demikian maka petani akan menikmati nilai tambah dengan harga yang lebih baik. Lewat cara ini diharapkan mereka dapat terlepas dari para tengkulak.

Namun cara ini di lapangan tidaklah gampang. Karena sudah pasti para cukong tersebut akan melawan. Caranya beragam, dari modus premanisme lewat ancaman dan intimidasi, baik kepada petani maupun lembaga yang mau menolong sampai dengan cara halus. Biasanya dalam jangka panjang cara haluslah yang berhasil.

Bagaimana cara halus tersebut? Walau harga di tingkat petani sudah lebih tinggi karena dijual kepada lembaga yang membantu, para cukong akan menawarkan lagi dengan harga lebih tinggi. Dengan cara ini sepertinya mereka rugi, namun kenyataannya tidak. Para tengkulak tetap untung, hanya keuntungannya berkurang sebab harga jualnya memang sudah berlipat sebelumnya. 

Kedua, dan inilah yang memang diharapkan mafia ini, para petani kembali menjual ke mereka karena lebih mahal. Mungkin lembaga yang membantu coba membeli lebih mahal lagi, namun dengan modal yang terbatas pasti mereka akan kalah dengan modal yang dimiliki oleh para rentenir. Dan Petani tetap dalam perangkap mereka. 

Perangkap Tingkat Pasar


Perangkap mafia ini tidak hanya di tingkat petani. Ibarat hukum rimba di laut, ikan kecil dimakan ikan sedang, ikan sedang dimakan ikan besar. Para pengumpul lapangan tidak bisa langsung menjual komoditinya ke pasar lebih besar atau pasar induk, karena di sana ada mafia yang lebih besar menanti. 

Misalnya saja seorang pengumpul mau menjual langsung ke pasar induk karena harganya lebih bagus, mereka pasti akan menyerah. Biasanya para pedagang besar di pasar induk sudah punya kerjasama degan pemasok tetap mereka. Pemasok tetap ini adalah mereka yang membeli komoditi dari beberapa pengumpul di lapangan. Kalau pengumpul kecil ini memaksa, maka kembali harus menghadapi perlawanan dari pemasok besar lewat cara premanisme dan cara halus lagi.  

Premanisme adalah ancaman fisik dan intimidasi untuk mereka yang baru mau membawa komoditi itu langsung. Cara halus dengan syarat yang diberikan oleh pengusaha besar. Pengusaha besar akan menentukan syarat bahwa barang yang dibawa tidak langsung dibayar tetapi menundanya. Biasanya sampai 4 atau 5 kali pasokan baru dibayar, dan itupun tidak semua tapi bertahap. Tentu ini akan menyulitkan pemasok kecil yang tidak punya banyak modal dan mereka akan menyerah. Pasokan kembali dikuasai dan dimonopoli oleh pemasok besar.

Siklus mafia ini akan terus berjenjang sampai ke atas. Perangkap hukum rimba.

Untuk saat ini nampaknya kelompok pemasok dan pedagang besar ini sedang melawan pemerintah. Dengan ditetapkan harga maksimal beras maka para pemasok mogok dan beras di Pasar Induk Cipinang menjadi hilang. Apakah pemerintah menyerah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun