Mohon tunggu...
Marisa
Marisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo semunya selamat datang, terimakasih telah berkunjung ke profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Seni

Silek Panyudon

6 April 2025   10:28 Diperbarui: 6 April 2025   10:28 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silek Panyudon  ( Silat Terakhir) Tradisi Adat Rantau Panjang.

 

Tradisi Silek Payudon,Silek Payudon adalah kesenian Bela diri Tradisional sedangkan Payudon dapat diartikan sebagai penutup. Jadi Silek Panyudon dapat diartikan sebagai seni beladiri penutup, tepat nya hari ke 10 setelah lebaran dan dilaksanakan dilaksanakan dilapangan depan rumah Tuo (Rumah yang berusia 700 tahun). Biasanya setelah silek Payudon ini dilaksanakan masyarakat baru bisa memulai kembali aktifitas sehari-hari sebagaimana biasanya.Tradisi Silek Panyudon adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Rantau Panjang 60 segalo batin yang diadakan tahunan setelah perayaan hari raya Idul Fitri  ke 10 Yang Dilaksanakan Di Lapangan Depan Rumah Tuo.Beragam mitos dan fakta menyertai tradisi ini yang dipercayai oleh masyarakat setempat yang jika tidak dilaksanakan akan menimbulkan keburukan keburukan yang menimpa daerah mereka Dan Juga Tradisi Silek Panyudon Menjadi Penutup Hari raya Sebelum Masyarakat Kebali Beraktivitas seperti Biasanya .Silek Panyundon  (Silat Penutup) Tradi Adat Rantau Panjang Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir Merangin terus diabadikan Masyarakat Setempat. Silek Penyudon itu, silek turun menurun dari lelehur ratusan tahun.silek ini dilakukan setiap dusun/kelurahan yang ada di Rantau Panjang,dan silek ini akan di tutupkan/panyudon di rumah tuo."Silek Penyudon ini, artinya hari Raya idul Fitri sudah habis, ini dilakukan setiap tahunan "ungkap Ketua Lembaga Adat Tabir."

Gerakan dan teknik dalam silek mungkin memiliki makna-makna tertentu yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan, warisan budaya, atau spiritualitas. Silek juga bisa menjadi bentuk pertunjukan budaya yang memainkan peran dalam merayakan atau memperingati peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan masyarakat Pertunjukan silek dapat menjadi bagian integral dari ritual upacara adat yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah suatu komunitas. Untuk mengetahui fungsi sosial dari silek payudon dalam upacara ritual bantai adat penulis tertarik dan melalukan penulisan tentang fungsi sosial yang terkandung didalam tahapan preosesinya, tahapan tersebut meliputi Prosesi Ritual tersebut terdiri dari Bantai Adat, bakar Kemenyan, Doa hajat, Ziarah makam, doa Hajat, sedekah, Silkek payudon.

Silek Payudon tidak hanya sekadar pertunjukan seni bela diri. Ia mengandung makna filosofis yang dalam, seperti simbol keberanian, semangat, dan tekad untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan.. Gerakan-gerakan sederhana dalam Silek Payudon mencerminkan keindahan yang terletak dalam kesederhanaan, mengajarkan nilai-nilai seperti disiplin, pengendalian diri, dan kekuatan batin yang dimiliki oleh para pesilat (Hermien Kusmayati, 2000). Dalam konteks upacara Bantai Adat, Silek Payudon bukan hanya sebagai bagian dari hiburan atau penyambutan peristiwa penting,tetapi juga sebagai ekspresi penghormatan terhadap warisan budaya dan tradisi lokal. Ia memainkan peran yang vital dalam mempertahankan identitas kultural suku Batin Merangin dan menghubungkan masyarakat dengan warisan leluhur mereka.

Silek Payudon sering kali diidentifikasi dengan nilai-nilai seperti keberanian dan kebanggaan. Dalam penutup ritual, pertunjukan silek dapat berfungsi sebagai simbol keberanian yang mencerminkan semangat dan tekad untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Fungsi sosial Ritual-ritual sering kali merupakan sarana untuk melestarikan dan memelihara nilai-nilai budaya, tradisi, dan norma-norma dalam masyarakat.. Ini membantu dalam mentransmisikan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui partisipasi dalam ritual, individu merasa terhubung dengan kelompok sosial tertentu dan merasakan identitas sosialnya diperkuat. Ritual sering menciptakan batasan-batasan sosial dan membentuk rasa identitas kolektif. Ritual menciptakan pola dan struktur dalam kehidupan masyarakat, memberikan rasa keamanan dan prediktabilitas. Ini membantu masyarakat merasa terstruktur dan memiliki kontrol terhadap aspek-aspek kehidupan mereka.

Dalam Silek Payudon ini menggunakan iringan khusus yaitu alat musik tradisi kalinong yang sudah berusia kurang lebih 300 tahun dan gendang dap iringan ini dimainkan oleh para nenek nenek yang rata-rata sudah berusia 65 tahun yang merupakan pewaris dari kesenian tradisi Silek payudon. Silek Payudon menggunakan rias secara alami dan sederhana dan busana yang digunakan adalah busana yang sehari -- hari dengan warna -warna gelap untuk pesilat memakai baju berwarna hitam dan untuk pengiring memakai baju kurung, kain sarung serta dilekapi dengan asesoris penutup kepala (tekuluk) khas tabir. Panggung yang digunakan dalam Silek Payudon menerapkan jenis panggung tradisional terletak di lokasi halaman Rumah Tuo yang sudah berumur kurang lebih 700 tahun. penerapan dan pemilihan panggung ini tidak boleh dialihkan ketempat yang lain Silek payudon ini harus dilakanakan di halaman Rumah tuo karena sudah menjadi ketentuan dan kepercayaan masyarakat desa kampung baruh Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin.

Dengan memakai ciri khas laki-laki memakai baju germo dan memakai kain sarung pelikat.sedangkan untuk perempuan memakai tengkuluk putih,memakai bros bunga diatas kanan kepala dengan peletakan yang berbeda. Jika Seorang ibu dipakai tepat diatas kepala atas,lalu mengikuti untuk anak gadis berdekatan dengan bros ibu,jika seorang janda memakai brosnya terletak didekat anak gadis. dan untuk anak gadis memakai tengkuluk cukin berwarna merah yang melambangkan berani. Semua yang dipakai oleh wanita mengandung makna berani mati demi kesucian.

Silek Payudon merupakan tradisi seni bela diri tradisional yang unik bagi masyarakat Rantau Panjang, khususnya Kampung Baruh, yang secara simbolis menandai berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri pada hari ke-10 dan menjadi penutup sebelum masyarakat kembali beraktivitas normal. Tradisi tahunan ini dilaksanakan di lapangan depan Rumah Tuo yang berusia ratusan tahun dan dipercaya memiliki makna penting bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun