Bagaimana dengan respon Yesus terhadap perbedaan identitas ini? Yesus memang tampak menolak permintaan ibu ini. Penolakannya tampak dari karena perbedaan identitas (bdk. 7:27). Tetapi, itu hanya nampak luar saja. Penting melihat siapa ibu tersebut dan lokasi pertemuan. Ibu tersebut adalah seorang Yunani berbangsa Siro-Fenisia dan berada di Tirus.
Yang dilakukan Yesus bukanlah sebuah penolakan, melainkan sebuah ujian. Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa dari identitas itu, barangkali ibu ini adalah seorang penyembah berhala, yakni yang tidak menyembah Allah orang Israel (Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub).
Jadi, ada perbedaan identitas yang cukup jelas antara ibu tersebut dengan Yesus. Ibu tersebut adalah seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia sedangkan Yesus adalah seorang Yahudi. Maka, ada perbedaan yang mencolok antara ibu tersebut dengan Yesus.
Namun, keberanian ibu inilah yang menjadi jembatan baginya untuk mengakses diri kepada Yesus. Kata lain "keberanian" dalam konteks Injil hari ini adalah iman. Ibu ini memiliki iman, yang mendorong dia untuk datang kepada Yesus. Secara sepintas barangkali kita katakan "Ibu manakah yang akan membiarkan anaknya menderita sakit?". Tetapi yang lebih dalam adalah iman yang tersembunyi di lubuk hati ibu tersebut yang membuatnya datang kepada Yesus. Dan oleh karena iman, ibu ini berani melewati batas untuk datang pada Yesus.
Kisah Injil hari ini memberi pesan penting bahwa iman yang kita miliki bisa membawa perubahan kepada orang lain. Peran besar ibu Yunani Siro-Fenisi inilah yang membuat anaknya menjadi sembuh. Iman tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri, tetapi memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan orang lain.
Kita mengingat bagaimana St. Monika mendoakan pertobatan St. Agustinus. Itu karena iman St. Monika begitu kuat. Hasil akhir, anaknya bertobat.
Meski terkadang iman itu harus diuji, seperti emas yang diuji di perapian yang panas. Namun, ujian bukanlah penolakan. Ujian atas iman lebih kepada mempertanyakan otentisitas iman: apakah seseorang bersungguh-sungguh atau tidak. Seperti yang dialami ibu Yunani Siro-Fenisia itu, kita belajar untuk tetap menaruh pengharapan pada Tuhan, dalam situasi apapun.
Iman bisa menjadi saluran pertolongan Tuhan bagi sesama kita yang lain. Iman kita bisa membawa kesembuhan, pembebasan, dan keselamatan bagi mereka yang kita doakan dan pedulikan. Untuk memperoleh itu semua, iman pertama-tama harus mengarah kepada Yesus Tuhan.
Mari kita percayakan setiap doa kita kepada Tuhan, dan biarkan iman kita menjadi saluran kasih dan keselamatan-Nya bagi banyak orang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI