Semua Serba Salah, Tidak Ada yang Benar: Dilema Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin yang baik bukanlah yang selalu benar, melainkan yang berani salah lalu mau memperbaiki
Kepemimpinan yang adil bukan untuk menyenangkan semua orang, tapi untuk menjaga agar kebenaran tetap berdiri tegak
Dalam dinamika organisasi, terutama di dunia pendidikan, sering kali muncul perasaan bahwa pemimpin selalu berada dalam posisi serba salah. Apa pun langkah yang diambil, tetap saja ada suara yang mengkritik. Ketika pemimpin memilih diam, ia dianggap tidak tegas, lemah, bahkan tidak mampu mengendalikan keadaan (klemar klemer). Sebaliknya, ketika pemimpin bersikap tegas dan menunjukkan ketidaksenangan, ia kembali disorot: “Kok pemimpin marah-marah begitu?”
Situasi ini semakin pelik ketika sebuah informasi dari luar dibawa ke sekolah atau forum resmi, lalu direspons dengan kemarahan. Sebagian pihak menilai hal itu tidak bijak, sebab seharusnya cukup memanggil orang yang bersangkutan untuk berbicara secara pribadi. Namun, ketika langkah itu dilakukan, tudingan lain pun muncul: “Pemimpin sedang menyudutkan atau menekan (sekak) orang tertentu.” Pada akhirnya, seolah apa pun yang dilakukan salah, dan tidak ada yang benar.
Bagaimana Seharusnya Pemimpin Bersikap?
Memimpin memang tidak mudah. Tidak ada rumus baku yang dapat menyenangkan semua orang. Namun, ada beberapa prinsip dasar yang bisa menjadi pedoman:
1. Bijak dalam Menyikapi Informasi
Tidak semua kabar harus dibawa ke forum besar. Informasi yang menyangkut pribadi lebih tepat dibicarakan secara personal agar tidak menimbulkan salah paham yang lebih luas.
2. Tegas, Bukan Temperamental
Tegas berarti konsisten, jelas, dan adil. Sementara marah-marah hanya menimbulkan ketakutan tanpa menyelesaikan akar persoalan.