Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Nikmat Ibadah Menghilang

27 Mei 2025   22:54 Diperbarui: 27 Mei 2025   22:54 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ketika Nikmat Ibadah Menghilang

Ada suatu masa dalam hidup, ketika seseorang merasa berat sekali untuk beribadah. Sholat terasa hambar, doa tak mengalir, dan sedekah pun enggan dilakukan. Lalu dengan cepat, kita memberi label: "Aku sedang malas."

Padahal, bisa jadi yang terjadi bukanlah semata kemalasan. Mungkin tanpa kita sadari Allah Subhanahu Wa Ta'ala sedang tidak berkenan menerima kehadiran kita. Mungkin, bukan kita yang berpaling, tapi Alloh yang menutup pintu-Nya karena sesuatu yang telah kita perbuat.

Ini bukan sekadar ungkapan pesimistis atau bentuk menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Tapi ajakan untuk mawas diri, untuk melihat lebih dalam apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Ada yang mengira dirinya malas sholat, padahal Alloh sedang tak ingin menemuinya. Ada yang mengira ia sedang tak bersemangat berdoa, padahal Alloh sedang tidak ingin bicara dengannya. Ada pula yang sulit bersedekah, padahal mungkin Alloh sedang tak mau menerima pemberiannya karena cara dia mencari nafkah telah rusak dan jauh dari keberkahan.

Sering kali, manusia merasa seakan dirinya istimewa di hadapan Tuhan. Merasa bahwa kehadirannya dalam ibadah adalah hal penting yang pasti ditunggu. Tapi sesungguhnya, Alloh tidak butuh kita. Kitalah yang butuh Alloh.

Bukti bahwa kita ini makhluk yang rapuh adalah ketika kita menuntut motivasi terlebih dahulu untuk melakukan ibadah. Seolah ibadah itu beban, bukan kebutuhan jiwa. Seolah sholat, doa, dan dzikir adalah tugas rutin yang harus "disetor", bukan percakapan intim dengan Zat yang menciptakan kita.

Kita sholat, tapi tanpa khusyuk. Kita baca Al-Qur'an, tapi tanpa makna. Kita berdoa, tapi seperti sedang membaca naskah, bukan menyampaikan isi hati.

Bahkan ada yang merasa lega setelah sholat, bukan karena hatinya tentram, tapi karena merasa beban telah berlalu. Seolah-olah telah "menunaikan kewajiban", lalu bebas kembali menjalani hidup---tanpa arah dan makna.

Padahal, sholat bukanlah sekadar rutinitas. Ia adalah pertemuan penuh cinta. Sholat adalah perjumpaan seorang hamba dengan Rabb-nya. Bila ia tak lagi terasa nikmat, maka itu pertanda ada yang perlu dikaji ulang dalam hidup ini.

Jika ibadah kita sudah tak lagi menenangkan, sudah tak lagi menggetarkan hati, maka periksalah tiga hal ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun