Mohon tunggu...
Marina Simanungkalit
Marina Simanungkalit Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar tidak mengenal usia

Halo, Saya Marina Kristin Simanungkalit mahasiswi Institut Teknologi Del Prodi Manajemen Rekayasa angkatan 2017. Selamat membaca dan semoga bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Mutu Pendidikan dan Karakter Indonesia dengan Memperhatikan Human Resource Management

17 Juni 2020   16:06 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:31 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        

Pembahasan mengenai pendidikan selalu tidak ada habisnya. Karena pendidikan menjadi elemen penting yang berkontribusi dalam membangun dan memajukan suatu bangsa. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. 

Di Indonesia pendidikan sangat diutamakan, karena pendidikan memiliki sebuah peranan penting dalam terwujudnya peradaban bangsa yang bermartabat. Karena begitu pentingnya pendidikan, sehingga tujuan pendidikan telah diatur dalam UU Sistem Pendidikan Nasional yakni No. 20 tahun 2003 pasal 3, dimana pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan watak yang mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga potensi peserta didik berkembang untuk menjadi manusia yang beriman, sehat, berilmu, kreatif, berakhlak, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

ranahteknologi.wordpress.com
ranahteknologi.wordpress.com
Lalu, apakah fungsi dan tujuan pendidikan yang telah dijelaskan diatas sudah tercapai di Indonesia? Jawabannya belum sepenuhnya. Lalu apakah yang mengakibatkan hal itu belum tercapai? 

Jika dilihat dari segi manajemen pendidikannya, tidak bisa dipungkiri kalau masih terdapat  beberapa kelemahan di beberapa sisi. Hal ini juga telah dibuktikan dengan perbandingan sistem pendidikan negara ASEAN lainnya, bahwa pendidikan Indonesia masih berada di peringkat 5 terendah. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu gerakan berani agar kualitas pendidikan Indonesia dapat bertumbuh dan berkembang menuju tren yang positif.

Dalam hal ini, pengembangan proses pendidikan membutuhkan banyak peran didalamnya. Jadi tidak hanya tenaga pendidik seperti guru dan dosen saja yang berperan aktif didalamnya tapi seluruh elemen masyarakat. Sebab, jika guru dan dosen saja yang diharapkan, keutuhan dari tujuan pendidikan itu tidak tercapai. 

Maka sosok orang tua adalah sosok utama yang menjadi bekal pembentukan karakter si anak melalui pendidikan yang ia dapatkan sejak dini. Orang tua menjadi figur yang akan dicontoh oleh anak sebelum berlanjut ke proses pendidikan formal seperti TK, SD, dan seterusnya. Sikap dan karakter si anak sejak dini akan tampak mulai bagaimana ia memperlakukan orang-orang disekitarnya, berbicara bahkan makan dan minum. Jika nyatanya pendidikan yang diberikan oleh orang tua tidak sesuai dengan tujuan pendidikan, maka hal itu akan membentuk  karakter si anak menjadi kurang baik.

Meskipun hal ini terlihat sederhana, namun masalah ini perlu diperhatikan dengan serius. Bagaimana mungkin bisa pendidikan yang tujuannya menciptakan sumber daya manusia berkualitas jika orang-orang yang seharusnya mengetahui dan melaksanakan tugas itu menganggap sepele dan tidak peduli. Kesadaran ini perlu ditegaskan dan dihidupkan kembali sembari mengajak seluruh pihak untuk lebih sadar dalam memahami pentingnya peranan masyarakat didalamnya.

Masih banyak masyarakat yang hidup dengan pola pikir yang negatif, maka perlu disadarkan kembali dengan membuat pola pikir atau mindset yang positif. 

Sebagai salah satu contoh sederhana, jika seorang anak atau mahasiswa yang sudah dididik dengan mindset yang baik dalam suatu instansi pendidikan, lulus dan akan terjun ke dunia kerja bertemu dengan masyarakat yang memiliki latar belakang mindset kurang baik, maka si anak akan kembali kepada pola pikir atau mindset yang dimiliki oleh masyarakat sekitarnya. Karena bagaimana pun, seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya yang mempengaruhi pola pikir si anak seiring berjalannya waktu. Jadi bukan hanya orang tua saja yang belajar, namun kita juga sebagai masyarakat. 

Untuk mencegah kasus yang terjadi secara berulang-ulang ini dibutuhkan langkah menciptakan paradigma baru yang sesuai dengan perkembangan zaman khususnya di zaman milenial. Zaman milenial telah merubah banyak sekali pola pikir masyarakat termasuk orang tua dan anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun