Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Anggur Tua di La Cartuja

3 Mei 2025   20:21 Diperbarui: 3 Mei 2025   20:35 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten Real Madrid, Luca Modric, berselebrasi usai memastikan timnya lolos ke final Copa del rey 2025. (Sumber: IG Luka Modric)

Metafora anggur tua

Benih anggur itu ditanam di halaman parkir sebuah gedung penampungan, disemai bersama benih-benih anggur lainnya dari rombongan pengungsian perang Yugoslavia. Ia menolak layu meski dipupuk ledakan granat dan disiram butiran-butiran peluru yang berseliweran dari langit Vukovar sampai Laut Dalmatia. Ia lalu dibawa ke Zagreb, kemudian dijual ke London dengan asa akan menjadi angur yang bagus di sana.

Di London, ia termasuk anggur yang nikmat. Sayangnya, ia tak jatuh di tangan peracik anggur yang handal. Ia seperti anggur-anggur pada umumnya, punya ciri khas, tetapi yang punya ciri yang sama itu banyak. Ia tidak terlalu menonjol, tapi juga tidak terlalu buruk. Bahkan, ia pun kalah pamor dibanding anggur dari Wales, Perancis, Inggris, atau Brasil.

Lalu seorang peracik anggur dari Setubal, yang tak pandai merawat benih tetapi jago meracik anggur yang enak (baca: Jose Mourinho), segera membawanya ke Madrid. Yah, Madrid, surganya anggur-anggur mahal dan mewah. Mulanya ia kesulitan menembus etalase utama, bahkan sempat masuk daftar pembelian anggur terburuk.

Namun, berkat peningkatan kualitas, transformasi rasa, dan konsistensi aroma, juga disokong peracik-peracik handal, anggur itu menjadi salah satu anggur paling nikmat di dunia.

Anggur yang enak memang luar biasa, tetapi anggur yang makin tua makin enak adalah istimewa. Anggur tua itu, Luka Modric, telah memabukkan penonton dengan militansinya di atas lapangan, serentak menghilangkan ingatan penikmat sepakbola akan berapa angka usianya.

Dari Mestala ke La Cartuja

Di La Cartuja, Minggu yang lalu (27/5/25), kita menyaksikan Modric sebagaimana Modric yang kita kenal. Ia masih hebat menjaga bola, lincah menutup ruang dan memotong aliran bola dari lawan, pun kuat dalam bertahan dan menyerang. Staminanya juga masih bagus untuk berlari dan menekel lawan, meski ia tidak bermain penuh sembilan puluh menit. Visi bermainnya pun masih bagus, pun aktif mengomandoi 'anak-anaknya': Tchouameni, Valverde, Bellingham, Rodrygo, Asencio, Vini, dan lainnya.

Permainan di La Cartuja pekan lalu itu umumnya tidak jauh berbeda dengan permainannya sebelas tahun lalu, di Mestala, final Copa del Rey, melawan Barcelona. Modric menjadi satu-satunya pemain yang masih tersisa dari laga El Clasico pada 2014 lalu itu. Bedanya, Modric bermain full 90 menit. Ia bermain apik, meski yang dibicarakan orang adalah sprint Gareth Bale, mantan rekannya di London.

Konsistensi Modric yang masih tampil dalam level tertinggi sampai saat ini membuat bapak tiga anak ini seperti segelas anggur yang makin nikmat meski dimakan usia. Ketika Modric bermain di Mestalla, dari para semua pemain Barcelona dan Real Madrid yang bermain di final Minggu lalu itu, barangkali hanya Thibaut Courtois yang sudah bermain di liga kompetitif. Sisanya masih merangkak di akademi dan belum bermain di kasta tertinggi!

Modric yang menari di La Cartuja kemarin seperti Modric yang datang dari masa lalu, dengan level permainan yang hampir sama meski saat ini usianya sudah menginjak empat puluh tahun. Kelincahannya masih merepresentasikan Modric yang kita kenal sebagai sosok gelandang kreatif pekerja keras. Dan malam itu, Modric tak butuh pengakuan dan penegasan, sekalipun ia menerima medali perak dan tunduk di hadapan musuh abadi, Modric tetaplah juara sejati yang disegani dan patut diacungi jempol atas penampilan dan dedikasinya bagi sepakbola hingga usia selarut itu.

Segelas anggur terakhir di La Cartuja?

Di La Cartuja, pada menit-menit krusial dengan kedudukan sama kuat dan hanya membutuhkan sebiji gol untuk mengangkat piala, setelah berhasil menguasai bola dan berupaya untuk membangun serangan balik, Modric melihat Brahim Diaz yang berdiri sendiri tanpa kawalan.

Kita akui, kemampuan Modric memberikan umpan memang sudah tidak diragukan. Ia pengumpan handal dan pengatur tempo permainan yang berjam terbang tinggi. Sayangnya, umpannya kepada Brahim berhasil dicuri Kounde. Brahim lalai dan tak segera menjemput bola. Ia selangkah lebih dulu, lalu terkejut ketika bola sudah membobol gawang Courtois.

Modric berpengalaman, tetapi Brahim lambat, dan Kounde begitu cerdik. Dan selanjutnya, kenangan manis Modric di Mestala sebelas tahun lalu tidak terulang di La Cartuja. Panggung utama La Cartuja telah menjadi milik Barcelona. Dan barangkali, akan menjadi panggung Modric yang terakhir untuk laga El Clasico di final sebuah kompetisi. Saya berharap tidak!

Pada sisi lain, Real Madrid cepat atau lambat akan melepas Modric. Memang, bagi Florentino Perez, kebesaran klub di atas segala-galanya dan tidak ada pemain yang lebih besar dari Real Madrid. Namun, Modric telah menyejarah dan mengambil bagian dalam sejarah Real Madrid setelah sedekade lebih menjaga kebesaran klub klasik tersebut.

Seiring berjalannya waktu, akhir karier Modric tidak lama lagi. Jauh sebelum Modric benar-benar menutup botol wine miliknya di etalase sepakbola profesional, berbahagialah kita yang pernah menikmati anggur tua khas Kroasia itu lewat umpan manja, tekel bersih, stamina kuda, kejelian melihat ruang, dan permainan atraktif.

Militansi Modric di atas lapangan barangkali merupakan representasi perjuangan bangsanya untuk memperoleh kemerdekaan, dan simbol kerja kerasnya untuk menemukan hidup yang layak dan damai pasca perang.

Dan lebih daripada itu, kehadiran Modric di atas lapangan adalah gelas-gelas anggur nikmat yang memabukkan kita dengan kaki-kakinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun