Mohon tunggu...
Maria MeyseviraA
Maria MeyseviraA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rupiah Menguat terhadap Dollar AS

7 Oktober 2025   04:21 Diperbarui: 7 Oktober 2025   04:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

RUPIAH MENGUAT TERHADAP DOLAR AS

Nilai rupiah terhadap dolar AS kembali menarik perhatian. Setelah mengalami penurunan pekan lalu dan menyentuh Rp16.700 per dollar, rupiah kini menunjukkan indikasi penguatan sedikit di kisaran Rp16.680 per dollar. Angka ini seolah memberikan harapan baru di tengah tekanan global yang masih bertahan. Data terbaru menunjukkan masih ada defisit transaksi berjalan sekitar USD 3 miliar atau 0,8% dari PDB pada kuartal II 2025, disertai tekanan dari arus keluar modal asing, khususnya pada portofolio surat utang dan saham. Kondisi ini memperlihatkan bahwa struktur eksternal Indonesia belum sepenuhnya sehat, sehingga arus modal global yang berbalik arah bisa kembali menekan rupiah kapan saja.

Isyarat Kuat atau Hanya Napas Sejenak?

Situasi ini lebih tepat disebut napas pendek. Faktor yang mendukung penguatan masih berasal dari intervensi Bank Indonesia dan penurunan dolar karena masalah politik di AS, bukan kekuatan fundamental dalam negeri. Dengan kata lain, tanpa adanya perubahan fundamental, rupiah tetap berisiko mengalami pelemahan kapan saja. Jika Bank Indonesia menurunkan suku bunga demi mendukung pertumbuhan, risiko keluarnya dana asing semakin besar. Sebaliknya, jika mempertahankan suku bunga tinggi, pemulihan ekonomi bisa tertahan. Di sisi fiskal, langkah pemerintah yang tiba-tiba mengganti pejabat keuangan beberapa waktu lalu juga sempat memicu keraguan investor terhadap kredibilitas anggaran.

Jika dianalisis lebih jauh, terdapat sejumlah faktor yang harus diperhatikan. Pertama, intervensi BI yang besar menjadi penyebab utama. Tindakan ini berhasil meredakan kepanikan pasar, namun tidak dapat dijadikan sebagai solusi permanen. Kedua, suasana global juga berpengaruh. Ketidakpastian geopolitik di AS dan Eropa menyebabkan dolar melemah, memberikan kesempatan bagi rupiah untuk naik. Namun, tantangan struktural di dalam negeri masih belum diselesaikan. Penurunan suku bunga BI mungkin mendukung pertumbuhan, namun dapat menurunkan minat dari investor asing. Di sisi yang lain, ketergantungan pada impor dan defisit neraca pembayaran masih menjadi ancaman serius bagi stabilitas rupiah.

Pendapat saya, penguatan ini masih rebound teknikal belaka. Rupiah memang tampak lebih kuat, tetapi dasar ekonominya yang mendukungnya belum begitu kokoh. Jika pemerintah dan Bank Indonesia gagal mempercepat reformasi struktural serta menjaga stabilitas kebijakan, maka rupiah berpotensi kembali tertekan di tengah ketidakpastian global. Investor dan pelaku ekonomi perlu tetap waspada terhadap volatilitas kurs, karena stabilitas rupiah ke depan masih akan sangat ditentukan oleh keseimbangan antara faktor eksternal dan ketahanan ekonomi domestik.

Singkatnya, penguatan rupiah saat ini hanya bersifat sementara karena lebih dipengaruhi intervensi BI dan faktor eksternal, bukan karena perbaikan fundamental ekonomi. Tanpa reformasi struktural dan kebijakan yang konsisten, rupiah tetap rentan melemah kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun