Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dunia Tanpa Sampah Bukan Impian

9 November 2018   23:10 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:30 2167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampah di pesisir laut (dok.cnn.com)

"Betul, sampah merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari aktivitas manusia," lanjut David. "Sejak dulu kita terbiasa membuangnya ke alam."

Alam mampu mengelola sampah secara berkelanjutan. Terbukti selama jutaan tahun tidak ada sampah menumpuk. Bila tidak, pastinya bumi sudah dipenuhi tumpukan daun kering serta kotoran hewan dan manusia.

Masalah sampah baru muncul setelah bahan tambang dan bahan sintetis ditemukan serta diproduksi secara massal. Plastik, misalnya, baru sekitar 150 tahun silam, sejak pertama ditemukan tahun 1862 oleh Alexander Parkes.

Berbagai jenis serangga dan cacing dapat menguraikan sampah organik menjadi bahan-bahan yang berguna bagi tumbuhan. Tapi tidak ada bakteri atau cacing atau jamur yang dapat memanfaatkan plastik sebagai bahan makanannya.

Logam dan plastik lama-lama akan hancur. Tetapi tidak terurai di alam. Faktor fisik seperti suhu, sinar matahari, kelembaban dan tekanan udara hanya membuat sampah logam serta plastik menjadi lebih rapuh.

Yang terjadi kemudian lebih menakutkan, logam berkarat karena proses reaksi dengan oksigen di udara menjadi oksida logam. Bahan ini menjadi racun yang mengganggu kesehatan makhluk hidup.


Sedangkan plastik menjadi rapuh. Namun alam tidak mampu memurnikannya. Hanya membuat plastik hancur menjadi potongan-potongan kecil yang disebut nurdles/ mikroplastik. Potongan kecil ini tersebar di tanah dan di laut dan sering termakan oleh hewan-hewan. Mikroplastik akan menumpuk dalam tubuh mahluk hidup kemudian masuk ke dalam siklus makanan. Mengganggu proses metabolisme tubuh.

"Bagaimana dengan kantong plastik ramah lingkungan yang konon bisa hancur dalam waktu 2-3 bulan?" tanya saya. Tanpa sadar bergidik, membayangkan timbunan mikroplastik dalam tubuh saya.

"Salah kaprah itu. Mereka menyebut kantong plastik ramah lingkungan hanya karena ditambah zat aditif agar mudah hancur menjadi mikroplastik. Seharusnya yang dimaksud kantong ramah lingkungan adalah tas kain yang bisa digunakan berulang kali."

Jadi, apa solusinya?

We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them (einstein)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun