Mohon tunggu...
maria goretti
maria goretti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Maaf bila ada kesalahan dalam kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengambilan Paksa Jenazah Pasien Covid-19

27 Juli 2020   11:19 Diperbarui: 27 Juli 2020   11:43 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia masih belum bisa menang dalam melawan covid-19, virus yang tidak terlihat namun cepat menyebar dan mudah merenggut nyawa manusia. Sudah 5 Bulan kita semua  berjuang melawan virus ini, tetapi  masih banyaknya korban yang terpapar virus tak terlihat ini. Kita sudah mencoba berbagai cara mulai dari physical distancing, PSBB, sampai New Normal. Tetapi kita masih  saja belum menang melawan covid-19 ini, masih banyaknya orang yang sudah mulai mengabaikan protokol kesehatan semenajak diberlakukannya New Normal ini.Sudah banyak tenaga medis yang gugur melawan Covid-19 karena sudah terlalu lama dan setiap hari kasus terus meningkat, korban jiwa banyak yang berjatuhan akibat Covid-19.

Covid-19 ini belum selesai tetapi ada beberapa manusia yang mengabaikan protokol kesehatan, bahkan ada beberapa manusia yang meremehkan virus tak terlihat ini. Seperti yang sedang terjadi baru-baru ini adalah penjemputan paksa jenazah korban yang terpapar Covid-19 yang tidak mengikuti protokol kesehatan oleh beberapa warga di  beberapa daerah di Indonesia yaitu seperti Malang, Makassar, Surabaya, Bekasi, Ambon, dan masih banyak lagi. Banyaknya kasus pengambilan paksa jenazah korban yang positif Covid-19 ini juga membuat penyebaran virus semakin merajalela serta semakin memperburuk keadaan di Indonesia. Pengambilan jenazah secara paksa  itu salah satu alasannya banyaknya hoax yang beredar mengenai protokol kesehatan tentang pengurusan jenazah korban Covid-19. Penjemputan paksa jenazah ini dikarenakan keluarga masih tidak percaya bahwa korban terpapar covid-19 karena pihak rumah sakit hanya memberikan kabar hasil test hanya melalui telefon saja tanpa ada surat resmi hasil test, hasil test swab tersebut biasanya juga lama keluar sehingga keluarga tidak sabar menunggu lebih lama lagi.

Seperti pada kasus yang viral yaitu penjemputan paksa jenazah pasien Covid-19 oleh ratusan warga di Gunungsari, Lombok Barat, Kabagops Mataram. Kompol Taufik mengatakan aksi itu terjadi sekitar pukul 19.30 WITA, aparat kepolisian sudah berusaha mengamankan aksi ini namun tidak berjalan lancar, tetapi massa tidak menghiraukan  himbauan tersebut. Pihak kepolisian kalah karena jumlah massa yang datang ke RSUD kota Mataram banyak sekali. Massa berhasil masuk dan Mereka lantas memaksa pihak rumah sakit mengeluarkan jenazah untuk dibawa pulang. Massa memaksa jenazah dikuburkan oleh pihak keluarga sesuai protokol COVID-19. Camat Gunungsari Muhammad Mudasir yang hadir di lokasi dipaksa untuk menandatangani surat pengambilan jenazah oleh warga. Desakan massa juga membuat pihak rumah sakit mau tak mau menandatangani surat pengambilan jenazah tersebut. Massa yang diduga nekat melakukan aksi penjemputan paksa jenazah pasien COVID-19 ini dipicu oleh hasil tes PCR yang terlambat. Korban meninggal dunia pada senin sore (6/7) pukul 16.00 WITA, sedangkan hasil PCR yang menyatakan bahwa korban positif dikeluarkan oleh rumahsakit setelah 2 jam korban meniggal dunia.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari Youtube Najwa Sihab, kelurga korban yang berasal dari Lombok yang bernama pa Mahnun selaku anak dari korban yang jenazahnya diambil paksa menjelaskan berawal dia pergi klinik karena ingin mengantar ibunda untuk radiologi karena kecelakaan, beliau mengatakan bahwa ibunda mengalami pergeseran pada tulang belakang dan beliau mengira bahwa sang ibunda susah bernafas akibat efek pergeseran tulang belakang, dan beliau berencana melakukan rawat inap di RS.Metro Medika pada tanggal 1 namun pihak rumah sakit memberikan syarat agar melakukan rapid test terlebih dahulu jika ingin melakukan rawat inap namun pihak keluarga menolak karena ibunda kecelakaan dan pihak keluarga tidak percaya kepada rumah sakit karena meragukan ketika memberikan penjelasan. Pada akhirnya pihak korban bersedia melakukan rapid test dan dinyatakan positif, tetapi korban tidak mempercayai. Pa mahnun berkata "saya hanya diberitahu secara lisan saja bahwa ibu positif". Pengambilan paksa jenazah ini dikarenakan pihak keluarga menolak untuk melakukan pemakaman dengan protokol kesehatan, Pa Mahnun berkata "karena  pihak keluarga menolak untuk dilakukan pemakaman secara protokol kesehatan karena secara prtokol kesehatan itu jenazah almarhum saya tidak dimandikan, karena itu keluarga mengambil jenazah untuk dimandikan sesuai dengan tuntunan syariat islam saja". Pihak keluarga masih tidak percaya bahwa korban terpapar covid-19 karena korban tidak berbergian kemana-mana dan disana tidak ada yang terpapar, hanya korban sempat mengalami kecelakaan saja maka dari itu yang membuat pihak keluarga menolak melakukan rapid test.

Warga seharusnya berfikir dulu sebelum bertindak, pikirkan nasib tenaga medis yang sudah berjuang untuk kebaikan kita semua, kejadian Penjemputan paksa Jenasah pasien Covid-19 ini seharusnya keluarga mematuhi aturan yang diberikan pihak rumah sakit, karena itu untuk kebaikan untuk semuanya. Salah satu alasan terjadinya kasus ini yaitu banyaknya oknum-oknum yang menyebarkan berita hoax tentang covid-19 dan protokol kesehatan untuk memandikan jenazah, itu adalah salah satu alasan pula. Pada saat sepeti ini sebaiknya kita semua jangan mudah percaya pada berita-berita yang belum jelas sumbernya dari mana, jika tidak tahu dan ragu terhadap berita tersebut sebaiknya tanyakanlah kepada yang ahlinya, agar tidak terjadi kesalah pahaman yang bersifat fatal. Sangat disayangkan Kasus pengambilan paksa jenazah ini sudah sering terjadi di beberapa daerah, pengambilan paksa jenazah tanpa adanya protokol kesehatan merupakan suatu perilaku yang kurang baik, karena itu akan menabah jumlah korban yang terpapar covid-19. Kita sebagai warga seharusnya mematuhi aturan yang sudah dibuat agar pandemic ini cepat berlalu dan kita bisa beraktivitas kembali tanpa ada rasa takut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun