"Lari!" teriak seorang anak laki-laki pada temannya yang sedang terburu-buru memasukan beberapa roti ke dalam platik kresek hitam di sebuah toko roti ketika seorang petugas keamanan melihat mereka. Laki-laki yang memegang plastic kresek hitam malah terdiam "hah?", dengan kesal seorangna lagi berkata "Ku bilang lari!".Â
Laki-laki yang mengomel tersebut menarik lengan temannya dan mereka berdua lari menuju pintu keluar di sela-sela keramaian, "Hey! Bocah-bocah nakal kembalikan rotinya!" teriak petugas keamanan tersebut. Mereka dengan panik lari keluar mencari tempat persembunyian dan masuk ke sela-sela gedung yang hampir berhimpitan.
"Ah... hampir saja kita tertangkap." Kata laki-laki yang memegang plastik kresek sambil bernafas terengah-engah. Anak laki-laki itu Namanya Aceng, kulitnya sawo matang dengan rambut hitamnya yang berantakan dan mata cokelatnya yang agak sayu serta baju jersey merah yang sedikit kotor dan celana hitam.
 "Emang! Salah siapa coba?" Seorangnya lagi namanya Bayu berambut keriting dan menggunakan jaket merah, badannya agak lebih pendek dari Aceng. "Hehe yaudah iya maaf, jangan marah-marah dong!" Aceng membujuk Bayu. Ketika petugas keamanan toko swalayan itu sudah menjauh, barulah mereka keluar dan berjalan arah pulang.
Sore menjelang malam, dua anak laki-laki tersebut tengah berjalan menuju ke sebuah rumah tua kecil di gang yang sempit sambil memegang plastik kresek berwarna hitam. 'Tok-tok-tok!' Suara ketukan terdengar dari luar pintu. Seorang gadis berambut hitam pendek dengan kaos hijau dan celana selutut berwarna cokelat membukakan pintu "Ceceng! Bayu! Kalian sudah pulang!" Gadis tersebut menyambut mereka berdua dengan gembira.Â
Bayu seorang yang paling tua diantara mereka tersenyum kecil kepada gadis itu "Ini kami bawakan makanan yang banyak, cukup untuk makan berempat" Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam rumah tua dan duduk bersila di tikar yang berlubang. "Oh iya si Dennis masih tidur, sebentar ya Aya bangunin Dennis dulu" gadis itu berjalan menuju pintu kamar yang bertirai biru.Â
Tak lama kemudian dia menggandeng seorang anak kecil laki-laki yang berusia sekitar 7 tahun menggunakan kaos bergambar Ultramen menguap sambil mengusap matanya. Aceng kedua yang paling muda diantara mereka menyambut Dennis "Dennis! Dennis! Lihat nih kita bawa apa, ini hasil kerja keras aku sama Bayu!" Aceng mengangkat plastik kresek hitam tersebut dengan ekspresi bangga.
 "Wah! Dennis mau makan! Dennis mau makan!" Mereka berempat duduk bersila di atas tikar berlubang, Dennis yang sudah kelaparan langsung mengambil satu roti dari plastik tersebut. Sebelum Dennis memasukan roti itu ke dalam mulutnya, Bayu langsung menghentikannya "Eh, Dennis sabar ya kita harus doa dulu sebelum makan." "Oh iya Dennis lupa." Dennis menaruh rotinya.
Mereka duduk membentuk lingkaran dan memegang tangan satu sama lain. Bayu memimpin doa "Sebelum makan ayo kita berdoa." Suasana hening sejenak, selesai berdoa mereka mengambil roti-roti yang ada di plastik kresek tersebut dan makan dengan lahap.Â
Cahaya membuka percakapan "Sebenarnya Bayu sama Ceceng tuh kerja apa sih? Kenapa kalian gak pernah mau kasih tau Aya padahal siapa tau Aya bisa bantu kan lumayan." Itu bukan pertanyaan yang baru sekali terucap, Cahaya sudah sering kali bertanya tetapi tidak pernah pertanyaan tersebut dijawab. "Sudahlah makan saja! kami gak nyuruh kamu kerja kok, tinggal makan saja apa susahnya?" Ucap Bayu sebal karena pertanyaan yang terus ditanyakan Cahaya setiap kali mereka makan bersama.
 "Emang kita mau sampai kapan begini terus?" Cahaya meninggikan nada bicaranya. Bayu yang terbawa emosi reflek berdiri dan mengeraskan suara "Kenapa sih kamu tuh gak bersyukur? Makan tinggal makan, gak ada loh yang nyuruh kamu kerja cari makan.Â