Mohon tunggu...
Maria ApriliaCitra
Maria ApriliaCitra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa Universitas Airlangga, program studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehidupan Masyarakat Modern Setelah Pandemi Covid-19 Mereda

17 Mei 2023   20:46 Diperbarui: 17 Mei 2023   20:54 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berangkat dari permasalahan yang dialami oleh satu dunia yaitu Pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di China tepatnya berada di kota Wuhan. Akhirnya, pada tanggal 2 Maret 2020 virus tersebut sudah masuk ke Indonesia tepatnya berada di daerah Depok. Kejadian tersebut tentu membuat khawatir masyarakat Indonesia khususnya daerah yang pertama kali terkena dampak dari virus tersebut. Dengan peristiwa tersebut membawa perubahan yang cukup signifikan terutama mengenai pekerjaan dan pendidikan. Mengapa demikian? Karena dengan adanya pandemi ini hal-hal yang awalnya dilakukan secara luring berubah menjadi daring. Untuk mengatasi semua ini banyak upaya yang dilakukan oleh beberapa kalangan terutama Pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19.

Terhitung tiga tahun lamanya masyarakat Indonesia bahkan dunia hidup berdampingan dengan virus tersebut. Seiring berjalannya waktu, virus tersebut tidak hanya ada satu varian saja namun lebih dari lima varian, antara lain Delta, Alpha, Beta, Gamma, Kappa, dan masih banyak lagi. Hal itu dapat terjadi karena permutasian virus yang sangat cepat setiap harinya. Bukan hal yang mudah untuk melewati masa-masa sulit seperti pandemi, banyak sekali berita yang kita dengar mengenai kedukaan atau kehilangan dari teman, kerabat, bahkan keluarga. Tidak hanya itu saja sebagian besar masyarakat juga kehilangan pekerjaan mereka. Dampak tersebut membuat keterpurukan tersendiri bagi masyarakat namun ada hal yang perlu diingat bahwasannya pandemi yang kita lewati tidak hanya memberikan dampak negatif bagi kehidupan tetapi juga memberikan dampak positif. Seperti contoh lebih dekat dengan keluarga, lebih dengan Tuhan, memiliki kesadaran yang jauh lebih tinggi dalam menjaga kesehatan tubuh, dapat meningkatkan rasa kepeduliaan kepada sesama, dan masih banyak lagi.

Pandemi covid-19 membawa pengaruh yang sangat besar bagi dunia terutama dalam penggunaan media sosial. Media sosial memiliki peranan yang sangat penting baik dalam hal komunikasi, dalam bekerja, dalam menempuh pendidikan bahkan dapat digunakan untuk menyebarkan suatu informasi. Dengan adanya media sosial kita sebagai manusia dapat berkomunikasi tanpa terhalang jarak ataupun waktu, hal itu tentu sangat membantu terutama pada saat pandemi dimana segala kegiatan sangat terbatas. Selain itu, media sosial sangat berpengaruh dalam penyampaian informasi namun sayangnya informasi yang beredar di media sosial belum tentu kebenarannya maka tugas kita atau hal perlu dilakukan yaitu memfilter berita yang beredar di media sosial hal itu bertujuan agar kita tidak mudah termakan oleh berita-berita bohong.

Tercatat penggunaan media sosial di Indonesia pada Januari 2023 mengalami penurunan 12,57% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 191 juta jiwa. Pada tahun 2023 penggunaan media sosial sebanyak 167 juta jiwa. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi dalam negeri. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia semenjak pandemi memiliki kecenderungan yang lebih tinggi pada media sosial, bagaimana tidak? 

Sebagian besar masyarakat Indonesia memilih untuk menjadikan media sosial menjadi pekerjaan utama seperti menjadi youtuber, selebgram, bloggers. Media sosial yang ada memberikan ruang bagi masyarakat luas untuk mengekspresikan dirinya, hal itu terbukti karena maraknya Influencer. Adapun hal-hal yang biasanya dilakukan yaitu mempromosikan dan merekomendasikan suatu brand atau merek. 

Selain itu para influencer juga memberikan suatu informasi mengenai perjalanan mereka di suatu tempat atau bisa dikatakan sebagai traveler namun hal tersebut juga diimbangi oleh jumlah follower yang mereka miliki dengan begitu dapat dikatakan bahwa seorang Influencer sangat berpotensi dalam hal menyebarkan infomasi. Seiring berjalannya waktu hal itu justru berbanding terbalik. Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena seiring berkembangnya zaman banyak sekali hal-hal yang berbau negatif bermunculan di media sosial bahkan media sosial dapat dikatakan disalah gunakan oleh banyak pihak seperti membuat konten-konten negatif, digunakan untuk mengemis online. 

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia digegerkan dengan kejadian yang tidak senonoh yaitu mengemis online. Kejadian tersebut terjadi pada salah satu media sosial yang bernama Tiktok. Oknum-oknum yang terlibat melakukannya dengan cara siaran langsung. Konten siaran langsung tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berusia muda hingga lanjut usia dan hal yang biasanya dilakukan yaitu mandi lumpur, berendam dan mengguyurkan tubuhnya dengan air. Hal yang perlu diketahui bahwa dengan siaran langsung tersebut pengguna dan follower dapat berinteraksi secara langsung dengan cara memberikan gift atau hadiah virtual dari penontonnya. Hadiah virtual yang telah diperoleh dapat ditukarkan menjadi uang dan biasanya mereka mendapatkan uang hinga Rp. 2 Juta untuk sekali live

Keuntungan yang didapat semakin mendorong para konten kreator untuk terus melakukan hal-hal yang bisa jadi membahayakan kesehatan tubuh dari para pemerannya. Hal-hal yang biasanya melatar belakangi para pemeran adalah minimnya tingkat ekonomi dan dengan melakukan hal tersebut yaitu mengemis online diharapkan mereka mendapatkan belas kasihan yang tinggi dari para follower sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, tidak jarang masyarakat Indonesia menggantikan atau memberikan kedudukan yang tinggi untuk media sosial karena dapat dikatakan bahwasannya penghasilan yang diperoleh dari media sosial cenderung lebih banyak dan tinggi daripada pekerjaan umum yang dilakukan bahkan terkadang cenderung tidak peduli apakah konten yang dihasilkan dapat memberikan dampak yang positif bagi penonton atau khalayak umum maka dengan begitu kita perlu bijak dalam menggunakan media sosial. Tidak hanya itu saja diperlukan pengawasan yang lebih ekstra untuk anak-anak yang menggunakan media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun