Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kematian Mesti Dirayakan

3 Desember 2023   11:35 Diperbarui: 21 Desember 2023   20:31 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://sawitplus.co/news/

Membahas tentang kematian, banyak yang menangisi ketika ada orang tua meninggal. Tetapi apakah memang  harus demikian?

Saya pernah menghadiri teman beberapa tahun yang lalu. Teman tersebut seorang dari daerah Batak, Sumatera Utara. Ibunya meningsgal dunia pada usia di atas 80 tahun. Yang menarik adalah bahwa kematian sang ibu tidak ditangisi, tetapi malahan dirayakan. Saya sendiri berasal dari Yogyakarta, dan di daerah saya tidak memiliki tradisi sebagaimana yang dilakukan oleh teman saya. Bahkan keluarganya menangis.

Ketika saya tanyakan : 'Mengapa kematian ibunya dirayakan?' 

Teman tersebut menjawab bahwa di daerah Batak, bila orangtua meninggal pada saat anaknya sudah bekerja dan punit pekerjaan tetap, maka dianggap suatu keberhasilan mendidik anak. Dan kematian dari ayah/ibu tidak pantas ditangisi. Bagaimana mungkin seorang ayah/ibu yang sudah berhasil mendidik anak menjadi orang yang memiliki kemampuan untuk hidup layak, koq tidak dirayakan?

Menarik sekali pernyataan teman tersebut. Dan ketika saya renungkan, ternyata memang tepat sekali.

Bukankah memang tidak ada seorang pun yang tidak mati?  Kematian adalah suatu keniscayaan tak terhindarkan. Mengapa mesti ditangisi?

Saya seorang penggemar baca Cerita Silat Kho Ping Ho, dan saat itu saya membaca bahwa ketika ada perasaan sedih dari keluarga yang meninggal, yang ditangisi bukan karena orang meninggal, tetapi yang ditinggalkan merasa kehilangan. Misalnya, seorang istri ditinggal suaminya meninggal. Yang disedihkan istri ketika menangis sesungguhnya adalah perasaan kesediriannya. Nanti tidak ada yang menemani untuk ngobrol atau mengantar ke pasar belanja. Bukan kah dengan demikian sebenarnya si istri menangisi dirinya sendiri? Bukan menangisi si suami. 

Saat kelahiran Bayi Menangis.

Sepertinya si bayi menangis sedih karena ia tahu bahwa hidup di dunia akan menderita. Mungkin si bayi sudah nyaman di alam sana, tetapi ia harus lahir di dunia yang penuh dengan penderitaan. Ini bagi mereka yang percaya terhadap kelahiran kembali atau lebih dikenal 'reinkarnasi'

Saya percaya bahwa akan banyak orang tidak setuju tentang konsep reinkarnasi, tetapi mungkinkah ada sesuatu yang hilang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun