Mohon tunggu...
Margo Teguh S
Margo Teguh S Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Baru dan Heterogenitas

29 September 2018   07:47 Diperbarui: 29 September 2018   08:05 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://solidsosialstudy.blogspot.com

Perguruan tinggi tiap tahunnya meluluskan ribuan sarjana dan mendapat invasi puluhan ribu mahasiswa baru yang datang dari berbagai wilayah di nusantara. Padatnya kota-kota metropolitan dipenuhi oleh sebagian besar mahasiswa yang melingkupi tiap perguruan tinggi di tiap kota tersebut.

 Adanya kecenderungan mahasiswa baru dalam berinteraksi sosial yang didasari oleh berbagai kesamaan, terkadang muncul benih primordialisme dan etnosentrisme dalam diri seorang mahasiswa baru yang buta dalam melihat perbedaan. 

Perguruan tinggi yang diibaratkan sebagai miniatur negara, dapat dijadikan wadah dalam memahami Indonesia sebagai kesatuan bangsa. Perbedaan paradigma mahasiswa yang berasal dari kota dan desa, tentu menjadi sebuah persoalan penting apabila tidak dimaknai secara menyeluruh dan adanya sikap saling menerima perbedaan tersebut. 

Ataupun yang lebih memprihatinkan adalah munculnya sikap stereotip terhadap mahasiswa yang berasal dari pulau terluar dan memiliki keragaman yang khas baik dari bahasa, budaya ataupun perilaku.

Pemahaman budaya dan analisis psikologi, tentunya menjadi bekal utama bagi mahasiswa baru dalam menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, dibanding hanya berbekal disiplin keilmuan yang ia kedepankan. 

Hal tersebut jelas, mahasiswa yang telah masuk perguruan tinggi adalah seorang warga negara dan telah dianggap dewasa bagi masyarakat umum. Sehingga sebagai seorang warga negara yang berada dalam sebuah miniatur bangsa dan negara atau yang disebut sebagai kampus, harus saling menerima perbedaan tanpa mengedepankan semangat kesukuan ataupun kedaerahan. Persinggungan sedikit saja yang melibatkan unsur  SARA, tentu akan mengakibatkan konflik fisik atau tekanan psikis. 

Kecenderungan ini terlihat jelas ketika kelompok mayoritas sebagai faktor dominan menindas kelompok minoritas, baik secara relasi sosial ataupun diskriminasi perseorangan. Dengan demikian, keanekaragaman dalam lingkungan kampus harus dilihat sebagai sebuah potensi bagi pengembangan diri dan sarana dalam melihat realitas kehidupan yang sesungguhnya.

Mahasiswa baru tentu mendapat tugas dan tanggung jawab yang besar apabila ditelaah secara konsep dan aktualisasinya dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Paradigma berpikir menjadi landasan utama bagi seorang mahasiswa baru sebagai tahap awal dalam mengarungi ilmu pengetahuan secara terkhusus sesuai dengan disiplin ilmu yang dikajinya. 

Modernisme yang mengakar di kota-kota besar sebagai tempat bagi mahasiswa baru dalam menempuh pendidikannya, tentu akan menjadi tantangan besar bagi proses adaptasi pola hidup dan kecenderungan dalam membangun relasi sosial. Adanya sistem nilai baru, ideologi kelompok, dan merebaknya organisasi kemahasiswaan, baik lingkup intra kampus dan ekstra kampus, harus dipahami secara historis dan kritis untuk menjadi bagian dalam keikutsertaan organisasi tersebut.

Independensi mahasiswa hari ini yang cenderung mudah terombang-ambing oleh wacana publik dan media, justru menjadi persoalan dalam pembentukan karakter sebagai agen-agen penerus bangsa. Ambiguitas dalam menetapkan tujuan, terkadang masih menghantui pikiran mahasiswa baru untuk melakukan perubahan bagi dirinya sendiri. 

Soe Hok Gie (dalam Catatan Seorang Demonstran) pernah berkata, "saat ini pilihannya cuma ada dua yaitu menjadi apatis atau mengikuti arus, tapi aku memilih untuk menjadi manusia merdeka". Sehingga, konteks kutipan kalimat tersebut, jika dinarasikan dalam lingkup mahasiswa berdasar pada mahasiswa yang apatis atau mahasiswa yang mengikuti arus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun