Mohon tunggu...
Margaretha Dadin
Margaretha Dadin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di SMP Negeri Pruda Kabupaten Sikka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning di SMP Negeri Pruda Kecamatan Waiblama

1 Oktober 2022   20:55 Diperbarui: 2 Oktober 2022   09:36 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Margaretha Dadin, S.Pd

(Mahasiswa PPG Daljab Universitas Pancasakti Tegal Tahun 2022)

Cerita praktik baik (best practice) merupakan sebuah karya ilmiah bagi guru atau tenaga kependidikan yang dibuat secara sistematis dan terstruktur. Karya ini biasanya digunakan sebagai bagian dari penilaian lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan keprofesian terhadap seseorang yang mengikuti pendidikan keprofesian atau juga untuk mendapatkan angka kredit bagi proses kenaikan pangkat bagi seseorang yang menyandang predikat sebagai Aparatur sipil Negara (ASN).

Dalam tulisan ini, saya sengaja mengangkat topik yang kebetulan merupakan sebuah refleksi atas pengalaman saya dalam menjalankan pengabdian sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris setelah lulus CPNS Tahun 2019 yang lalu. Saya kemudian mengabdi di daerah yang jauh dari kota dan juga keluarga. Sejak 2020 dengan keterbatasan akses internet, transportasi dan juga listrik, saya terus berusaha untuk mendedikasikan diri menjadi pelayan bagi sesama khusus dunia pendidikan di SMP Negeri Pruda Kecamatan Waiblama Kabupaten Sikka.

Catatan baik atau cerita singkat ini hanyalah sebuah renungan khusus dan mau memberikan pesan ke pembaca tentang tantangan sekaligus perjuangan sebagai guru di tengah keterbatasan dengan semangat pengabdian kepada masyarakat dengan tuntutan model dan metode pembelajaran yang inovatif untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara khusus di Kabupaten Sikka. 

Latar belakang masalah

Catatan saya yang menjadi latar belakang permasalahannya dalam tulisan ini yakni karena kondisi anak didik saya yang kurang adanya motivasi belajar dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Kedua, rendahnya penguasaan vocabulary Bahasa Inggris. Ketiga, kepercayaan diri peserta didik yang masih rendah. Keempat, kemampuan peserta didik dalam menganalisis informasi dari teks masih rendah, kurang mampu berpikir kritis dan sulit menangkap makna serta mencipta/membuat teks sederhana (descriptive text) pada pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS). Kelima, pendidik belum menerapkan model pembelajaran yang bervariasi yang kemudian menjadi hal yang paling penting dalam menentukan model pembelajaran bagi peserta didik.

Jika menelusuri tentang kurikulum pendidikan yang digunakan, maka yang paling aktual sekarang ini adalah Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini merupakan pengembangan yang dikeluarkan Kemendikbud Ristekdikti untuk pembelajaran peserta didik di sekolah (Sumber: detik edu, mengenal kurikulum merdeka belajar dan tahapan implementasi penerapannya, 5/07/2022). Dengan penerapan kurikulum ini, guru diberikan keleluasaan untuk memilih perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan atau minat peserta didik secara khusus bagi mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, sekolah atau satuan pendidikan bisa merencanakan program jangka pendek atau jangka panjang untuk meningkatkan sumber daya manusia pendidik dengan pelatihan dan pemahaman tentang pelaksanaannya.

Model pembelajaran yang digunakan

Sesuai dengan analisis latar belakang permasalahan yang ada, saya kemudian menentukan model pembelajaran yang digunakan dalam Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan (DALJAB) Angkatan 1 Tahun 2022 di Universitas Pancasakti Tegal. Ini saya laksanakan pada tanggal 1 Agustus -14 September 2022 dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal ini sebagai bentuk dan strategi dalam meningkatkan minat belajar peserta didik di SMP Negeri Pruda. Dampak dari penerapan PBL ini yakni, Pertama, bagi peserta didik sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti, dan penutup. Selain itu, media dan alat bahan pembelajaran lebih inovatif dan tidak monoton sehingga menarik perhatian peserta didik/tidak membosankan juga lebih fokus dan saling berkolaborasi dalam kegiatan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun