Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tao Te Ching (Bab 1-20)

16 Februari 2022   21:15 Diperbarui: 26 April 2022   18:30 12075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theculturetrip.com/asia/china/articles/action-in-inaction-the-taoist-philosophy-of-wu-wei/

Bab 17. Menyadari kehadiran

Dahulu kala masa pertama (Raja Bijak Tao),
Pemimpin yang utama adalah ketika rakyat tidak mengetahui kehadiran rajanya.
Lalu kala masa kedua (Raja Bijak Confucian),
Pemimpin kedua terbaik ketika rakyat menghormati dan memuji rajanya
Berikutnya kala masa ketiga (raja tirani),
sampai pada jaman ketika rakyat takut pada rajanya.
Akhirnya maka masa keempat (raja buruk),
rakyat memandang rendah dan menghina rajanya.

Jika pemimpin tidak memiliki keyakinan diri, maka rakyat tidak akan percaya padanya.
Pemimpin melakukan pekerjaan dengan benar, tanpa banyak cakap atau membual.

Jika pekerjaan selesai dan tercapai,
rakyat menganggap segalanya telah terjadi dengan sewajarnya.


Bab 18. Empat keadaan

Bila Jalan Tao diabaikan,
muncullah ajaran Kebaikan (Ren) dan Kebenaran (Yi).
Bila pengetahuan dan kepandaian dielu-elukan,
muncullah segala kepalsuan.
Bila di dalam keluarga tidak ada keharmonisan,
muncullah bakti dan welas-kasih.
Bila negeri dalam kekacauan dan kekalutan,
muncullah menteri yang setia.

Bab 19. Kayu dalam wujud murni

Tanpa Kesucian dan Kebijaksanaan,
rakyat memperoleh keuntungan berlipat ganda.
Tanpa Kebaikan dan Kebenaran,
rakyat dengan sewajarnya berperilaku bakti dan welas kasih.
Tanpa harta dan barang mewah,
pencuri dan perampok kehilangan nafsu keserakahan.

Tiga ungkapan ini adalah dangkal dan tidaklah cukup,
orang harus belajar budi perkerti dan pengelolaan temperamen:
kembali pada sifat sewajarnya, berlaku sederhana (seadanya seperti kayu belum diukir atau dalam wujud murni/asal),
menekan egoisme, mengurangi luapan nafsu keinginan, berhenti belajar (mengelola), serta berhenti khawatir.

Bab 20. Diasuh oleh Ibu yang utama

Berhenti belajarpun (mengelola) dan berhenti khawatir.
Apakah perbedaannya antara "Ya" dan "Tidak"?
Apakah perbedaannya antara "Baik" dan "Buruk"?
Apakah aku perlu takut seperti yang ditakuti orang lain?
Tidak masuk akal!
Aku akan menolaknya (tidak akan pernah bisa menerima hal ini).

Orang-orang sedang bersenang-senang,
seolah-olah sedang menikmati pesta (di dalam),
atau seolah-olah sedang bermain di taman pada musim semi (di luar).

Aku sendirian diam dan tidak punya rencana masa depan.
Aku bingung seperti bayi tanpa suara;
aku berkeliaran seperti tak punya tujuan.

Orang-orang tampak memiliki cukup uang;
Aku tampak linglung,
hatiku seperti orang bodoh.

Kebanyakan orang tampak berseri-seri,
sedangkan aku tampak suram dan kusut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun