Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Mengajarkan Kebaikan untuk Mencegah Siklus Kekerasan

3 Desember 2020   06:31 Diperbarui: 7 Februari 2021   17:33 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebaikan intensional untuk menghentikan kekerasan - www.deseret.com

Pengamat - Bystander

Selain pelaku dan korban, sebenarnya ada orang lain yang terlibat dalam perundungan, yaitu: pengamat atau orang-orang yang menyaksikan perundungan.

Secara umum, 20-14% remaja melaporkan pernah menjadi korban perundungan; dan sekitar 70% menyatakan pernah melihat perundungan terjadi di lingkungannya (Global Student Health Survey).

Sebagian pengamat melaporkan sebenarnya mereka kasihan atau simpati pada korban, namun tidak mampu melakukan apapun untuk membantunya. Ini disebut sebagai efek pengamat, dimana seseorang melihat terjadinya suatu tindakan salah namun tidak melakukan apapun untuk membantu karena pengamat merasa tidak berdaya.

Dalam mencegah perundungan, pengamat perlu didukung agar lebih berani untuk memunculkan aksi menolongnya. Untuk membuat pengamat lebih mungkin menolong temannya, maka akses terhadap bantuan dan siapa yang bisa dimintai bantuan harus diperjelas. Pengamat lebih mungkin mencari bantuan jika terjadi perundungan jika telah dilatih apa dan bagaimana yang harus dilakukan.

  1. Tidak akan terlibat dalam perundungan/perilaku penindasan
  2. Jangan pernah hanya berdiri dan menonton atau mendukung perundungan
  3. Jangan melecehkan, menggoda, atau menyebarkan gosip tentang orang lain, termasuk di situs jejaring sosial seperti Facebook
  4. Jangan pernah meneruskan atau menanggapi pesan atau foto yang mungkin menyinggung atau menyakiti orang lain
  5. Dukung orang yang di-bully untuk meminta bantuan, misalkan temani ke tempat di mana mereka bisa mendapatkan bantuan atau memberi informasi tentang ke mana harus mencari bantuan.
  6. Laporkan ke seseorang yang berwenang di sekolah atau seseorang yang dipercaya, seperti guru, atau konselor di sekolah; atau jika penindasan tersebut serius, laporkan ke polisi; atau jika bullying terjadi di Facebook, laporkan ke Facebook.

Memberdayakan pengamat juga dapat dilakukan dengan memberikan psikoedukasi tentang kekerasan dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya. Memberdayakan pengamat artinya juga mencegah budaya kekerasan berkembang di komunitas sekolah.

Pencegahan perundungan di sekolah

Sekolah adalah tempat yang strategis untuk dilakukannya program pencegahan perundungan yang terstruktur. Riset di Amerika Serikat bahwa menemukan program anti-bullying bisa menurunkan perilaku perundungan hingga 20-23% dan menurunkan laporan menjadi korban hingga 17-20% (Farrington & Ttofi, 2009).

Beberapa faktor yang ditemukan menentukan keberhasilan program:

1.Program harus menjadi bagian program rutin sekolah. Artinya konsisten dan intensif dilakukan. Bisa terintegrasi dengan proses belajar dan budaya sekolah.

2. Perlu didukung dengan penguatan orang tua, agar menjadi pendukung munculnya perilaku positif pada anaknya. Artinya, sekolah juga perlu melakukan training atau seminar orang tua tentang penanggulangan kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun