Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kecanduan dan Relasi Sosial

2 Mei 2020   14:16 Diperbarui: 4 Mei 2020   21:52 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mandatory.com/fun/1139765-florida-mans-pants-fall-off-stealing-tvs-police-eventually-find-crack-pipe-ass

Ia membagi 2 kelompok tikus yang mendapatkan perlakukan berbeda. Kelompok tikus 1 hidup sepi karena interaksi sosial di kandang dibuat minimal, dan kelompok tikus 2 hidup dengan banyak tikus lain dan diberikan alat permainan sebagai dukungan perilaku sosial dan aktivitas. Masing-masing kelompok diberikan 2 jenis air, air dengan heroin dan air biasa setiap hari.

Bruce Alexander menemukan bahwa tikus yang mengalami hidup sepi akan lebih memilih minum air dengan heroin dan bahkan banyak yang ditemukan minum air heroin secara berlebihan hingga mati, sedangkan tikus yang memiliki hidup penuh relasi sosial banyak yang memilih air biasa dan bertahan hidup dalam lingkungannya.

Tikus bahagia tidak menjadi pecandu, namun tikus yang kesepian dan tidak bahagia menjadi pecandu bahkan kehilangan kemampuannya untuk mengelola diri.

Bruce Alexander menyimpulkan, yang membuat seseorang pengguna menjadi pecandu adalah ketika hilang atau berkurangnya kemampuannya untuk membina hubungan sosial dan lingkungan hidup yang tidak/kurang bahagia. 

Lalu bagaimana dengan kecanduan non-zat? Pedoman diagnostik gangguan mental (Diagnostic and Statistics of Mental Disorders; DSM V, 2013) yang disusun oleh American Psychiatry Association menyatakan bahwa peningkatan jumlah perilaku kecanduan terjadi bukan hanya pada penggunaan zat adiktif, namun juga aktivitas seperti game online dan judi.

Secara neuropsikologi, kecanduan, baik zat (ketergantungan zat adiktif legal ataupun ilegal) dan non-zat dijelaskan telah merusak aktivitas dan fungsi dopamin di otak.


Namun, yang penting digaris-bawahi adalah, lingkungan hidup yang tidak bahagia juga ditemukan banyak dialami oleh pecandu non-zat. Depresi, isolasi, penolakan dan perasaan tidak bahagia adalah beberapa hal yang ditemukan terkait dengan munculnya kecanduan non-zat.

Relasi sosial dan kecanduan

Manusia memiliki kebutuhan untuk membuat hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya (connection) (Hari, 2015). Sejak kecil kita telah terprogram oleh kebutuhan alamiah dasar untuk melekat pada pengasuh untuk mendapatkan makanan, kasih sayang, dan rasa aman (attachment).

Ketika anak manusia mendapatkan pemenuhan kebutuhan dari seseorang maka ia akan mengembangkan hubungan atau koneksi dengan orang tersebut (bonding). Maka, dalam masa hidup selanjutnya adalah alamiah bagi manusia untuk membuat hubungan atau relasi dengan hal-hal yang memberikannya rasa aman dan nyaman.

Berbagai penelitian menemukan, jika manusia mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar sosialnya ini, maka ia akan mendapatkan hidup yang bahagia dan sehat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun