Mohon tunggu...
Mardian Hardipto
Mardian Hardipto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyelidik Bumi di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"To See is To Believe", Metode Visual dalam Mitigasi Bencana Gunung Api

15 Januari 2023   00:00 Diperbarui: 15 Januari 2023   00:00 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntungnya, saat itu, APG berulang kali terlihat di layar CCTV Kamar A, tapi belum sampai melewatinya. Kami dengan mudah memperlihatkan pergerakan APG kepada rombongan Wakil Bupati.

“Ini posisi CCTV Kamar A, Bu, dan ini di posisi CCTV Kali Lanang.” kami mengawalinya. Mengajak rombongan melihat apa yang terlihat di layar CCTV, juga membandingkan posisinya di peta. “Masih terlihat ujung APG di sini di CCTV Kamar A… artinya jarak luncuran sekitar 7 km dari puncak.”

Bukan tanpa sebab kami mengajak Wakil Bupati dan rombongan memantau melalui CCTV, tetapi justru karena alasan kesederhanaannya. To see is to believe, melihat itu untuk menjadi yakin, sangat membantu.

Pada saat yang sama, sebetulnya kami memiliki data kegempaan Gunung Semeru berupa rekaman tremor overscale di seismograf,  tren arah GPS dari lapangan, atau tren data tiltmeter. Data dari instrumen ini dapat bercerita lebih banyak tentang dinamika vulkanik yang terjadi dibanding hanya data visual. Tapi ketiganya membutuhkan penjelasan dan waktu untuk bisa dipahami. CCTV jauh lebih sederhana: cukup dengan memperlihatkan apa yang terjadi di lapangan.

Saat tanggap darurat dilakukan dengan tujuan tidak adanya korban jiwa, lebih mudah menjelaskan melalui data visual (seperti CCTV) kepada pengambil keputusan, dibanding data lain. Komunikasi visual melalui CCTV lebih sederhana: mereka yang awam terhadap gejala vulkanik sekalipun akan dapat menangkap informasi yang diberikan, dan itu mendorong pengambilan keputusan dengan lebih cepat. Data peralatan lain seperti rekaman seismograf, tiltmeter, GPS diposisikan sebagai validasi dan pendukung, dan akan lebih “berbunyi” nanti di saat penyelidikan dan analisis after-event-nya. Ini strategi risk communication yang kami pilih.

Rekaman CCTV juga memberi kita orientasi ruang, suatu jenis informasi yang disenangi hipokampus, bagian otak yang penting penyimpan ingatan. Melalui informasi visual dan orientasi ruang yang jelas, “siapapun”  bisa melihat ada ujung APG bergerak, lalu berhenti, lalu datang lagi dalam “gelombang-gelombang” berikutnya. Saat bagian terdepan APG akhirnya melewati ujung layar CCTV kamar A dan mulai nampak di layar CCTV Kali Lanang, kami tahu, APG hendak menjangkau jarak 8-10 km dari puncak.  Kami dapat dengan cepat membandingkan lokasi itu dengan peta cetak ataupun daring untuk memetakan pergerakan APG. Wabup dan jajarannya bisa lebih cepat mengambil keputusan dan berkoordinasi melakukan evakuasi atau langkah lainnya.

Hari itu, APG akhirnya berhenti setelah nyaris 11 jam berlangsung, meluncur sejauh 13 km ke arah tenggara dari puncak Semeru, melalui Besuk Kobokan, Kali Lanang, dan berakhir di bawah Jembatan Gladak Perak. Walau material APG menimbun dusun Kajarkuning dan memutus jaringan listrik di area sekitarnya, termasuk di Pos Sawur, alhamdulillah, tidak ada korban jiwa tercatat dalam peristiwa ini. Ya, cuaca gelap gulita, hujan abu, rasa lelah, dan semua tekanan yang ada, terbayar saat kami meyakini tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Yang patut disyukuri, rantai komunikasi berjalan. Hal ini tak lepas dari kesiapan pemerintah daerah dan warga. Masyarakat yang sudah belajar tentang bencana Awan Panas Semeru, dapat dievakuasi saat diminta.

Pengalaman hari itu juga mengajarkan pentingnya pemantauan visual di gunung api. To see is to believe, tetap menjadi keunggulan yang sangat dibutuhkan dalam mitigasi bencana gunung api. Walau data visual hanya menjawab pertanyaan yang bersifat sederhana: Apakah terjadi letusan, APG, atau Awan Panas Letusan? Berapa tinggi kolom letusan? Apa warna kolom letusan? Kemana arah APG? Berapa jarak luncurnya? Tapi pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk menentukan langkah mitigasi selanjutnya.

Kedudukan penting informasi visual juga menjadi penjelasan profesi memantau aktivitas vulkanik sejak awal disebut Pengamat Gunung Api, karena secara harfiah, sebelum adanya instrumen pemantauan gunung api canggih seperti sekarang, tugasnya memang mengamati gunung api secara visual, hari demi hari. Itu juga alasan Pos Pengamatan berada di sekitar gunung api: untuk sebisa mungkin menjangkau aktivitas vulkanik melalui visual.

Saat ini, metode pemantauan visual dibantu alat seperti CCTV, segala jenis teropong, foto udara, UAV/drone, citra satelit, dan mungkin nanti robot pembawa kamera. Ada beberapa fitur yang menguntungkan dari peralatan itu: kemampuan merekam data visual, menyertakan pilihan analisis lebih lengkap, dan kemampuan pemantauan visual jarak jauh (remote) yang memperkecil risiko saat bertugas.

Keunggulan piranti visual itu yang terbukti turut menyederhanakan tugas Tim Tanggap Darurat Letusan Gunung Api Semeru saat menghadapi kejadian APG 4 Desember 2022, baik untuk memantau pergerakan APG maupun melakukan risk communication. Bila CCTV saat itu belum dipasang, kami lebih sulit memantau pergerakan APG dan perlu menjelaskan APG lebih banyak melalui cerita data gempa, tiltmeter, atau GPS kepada Wabup dan BPBD. Skenario semacam ini bisa menghabiskan waktu, dan jauh lebih sulit karena pengambil keputusan belum tentu terbiasa (familiar) dengan istilah ilmu  kebumian. Bayangkan peningkatan risiko saat penjelasan saintifik dilakukan ketika keputusan harus cepat diambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun