Mohon tunggu...
Mardani
Mardani Mohon Tunggu... Jurnalis -

"Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecerdasan dan Perjuangan Tan Malaka Meraih Pendidikan dari Hasil Utangan

3 Desember 2013   11:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masyarakat Indonesia mungkin tak banyak yang tahu soal jasa pahlawan nasional Tan Malaka bagi Indonesia. Pria yang memiliki nama asli Ibrahim Datuk Tan Malaka itu memuliki jasa yang teramat besar bagi berdirinya Republik Indonesia.

Melalui pemikiran revolusionernya, para tokoh pergerakan seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dkk tahu banyak soal revolusi kemerdekaan. Tak hanya itu, perjuangan Tan Malaka untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan tanpa mengemis konsisten diperjuangkannya hingga akhir hayatnya.

Namun, di balik semua jasa besar itu, ada sejumlah cerita menarik dari pria yang mendapat julukan sebagai Bapak Republik Indonesia itu. Salah satunya adalah cerita kecerdasan Tan Malaka sejak kecil hingga kesulitan yang dialaminya untuk meraih pendidikan.

Sewaktu kecil, Tan Malaka dikenal sebagai siswa yang cerdas di sekolahnya. Saking cerdasnya, para guru yang mendidiknya di sekolah pemerintah kelas dua di Suliki menginginkan Tan Malaka kecil untuk melanjutkan sekolahnya ke sekolah yang lebih tinggi, yakni sekolah pemerintah kelas satu di Kweekschool (Sekolah Guru Negeri) di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), Minang Kabau.

Para guru Tan Malaka tidak ingin kecerdasan yang dimiliki muridnya itu sia-sia. Mereka kemudian menemui dan membujuk orang tua Tan Malaka agar mau menyekolahkan anaknya ke Sekolah Guru Negeri itu.

Gayung pun bersambut. Kedua orang tua Tan Malaka mendukung keinginan para guru itu. Berkat kecerdasan yang dimilikinya, Tan Malaka berhasil lulus masuk sekolah itu pada 1908. Padahal jumlah pendaftar mencapai ratusan dan yang diterima hanya puluhan.

"Tan Malaka masuk ke sekolah itu bersama 76 siswa lainnya. Dari puluhan siswa itu, hanya satu siswa yang berjenis kelamin perempuan dan ia merupakan anak dari salah satu guru pribumi yang mengajar di sana," demikian ditulis dalam buku 'Tan Malaka, Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah' karya Masykur Arif Rahman, terbitan Palapa.

Tan Malaka menempuh studi di sekolah itu selama enam tahun. Kecerdasan yang dimilikinya lagi-lagi membuat guru yang mayoritas berasal dari Belanda sangat tertarik kepadanya, salah satunya adalah Direktur II GH Horensma dan istrinya. Saking sukanya, keduanya bahkan mengangkat Tan Malaka sebagai anak angkat mereka.

"Mereka memanggil Tan Malaka dengan nama 'Ipie' (panggilan dari Ibrahim."

Meski Tan Malaka kadang tidak patuh kepada perintah gurunya, Horensma dan guru-guru lainnya tetap menyukai bocah Minang itu. Sebab, meski kadang bandel, Tan Malaka tetap saja cerdas.

Salah satu contoh kenakalan Tan Malaka adalah lebih suka bermain saat disuruh belajar oleh gurunya. Tan Malaka tidak memerlukan waktu banyak untuk menguasai materi pelajaran yang diberi oleh gurunya. Karenanya, dia memiliki banyak waktu untuk bermain. Dua di antara permainan yang paling digemarinya adalah musik dan sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun