Interaksi Simbiosis Mikroba
Interaksi simbiosis terjadi ketika tanaman "bekerja sama" dengan mikroba di sekitarnya, seperti:
- Bakteri rhizobium membantu tanaman legum menangkap nitrogen dari atmosfer
- Mikoriza membantu penyerapan fosfor dari tanah yang tidak larut. Hal ini karena jika di tanah, fosfor menjadi imobile sehingga membutuhkan bantuan dari mikoriza dengan perpanjangan hifanya.
- Bakteri endofit meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stres abiotik seperti kekeringan.
Pada umumnya, kemampuan ini terbatas pada tanaman tertentu. Tapi dengan pendekatan baru, genetik tanaman bisa diatur tanpa GMO, agar lebih "ramah" terhadap mikroba tanah.
Apa Bedanya Non-GMO dan GMO?
Dunia pertanian modern, dua pendekatan utama yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan tanaman adalah rekayasa genetik (GMO) dan pemuliaan non-GMO.Â
GMO (Genetically Modified Organism) adalah metode yang melibatkan penyisipan gen asing ke dalam tanaman melalui teknologi laboratorium.Â
Contohnya adalah jagung Bt yang tahan hama atau tomat tahan busuk. Teknik ini masih menimbulkan kontroversi dan diatur sangat ketat di banyak negara, termasuk Indonesia.
Sebaliknya, pendekatan non-GMO menggunakan mutasi alami atau persilangan konvensional. Artinya, tanaman tidak dimodifikasi secara buatan di laboratorium, melainkan melalui seleksi genetik alami atau penyilangan spesies yang masih dalam satu keluarga.Â
Pendekatan ini lebih diterima publik karena dianggap lebih aman secara ekologis dan sosial. Hasilnya juga bisa sangat signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh riset terbaru di Inggris, di mana tanaman gandum yang mengalami mutasi alami mampu menyerap nutrisi lebih baik dan bersimbiosis dengan mikroba tanah tanpa perlu manipulasi genetik.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya