Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Dosen

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tanaman Lebih Hemat Pupuk? Ini Inovasi Baru dari Interaksi Mikroba Tanpa Rekayasa Genetik

23 Juni 2025   15:13 Diperbarui: 24 Juni 2025   14:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perbanyakan Mikroba (Foto oleh Jess Loiterton. Sumber https://www.pexels.com)

Dunia saat ini menghadapi sebuah paradoks, kita ingin meningkatkan hasil pertanian, tetapi pada saat yang sama dihadapkan pada lahan yang makin miskin nutrisi dan ketergantungan tinggi terhadap pupuk anorganik.

Di tengah tantangan ini, harapan baru datang dari laboratorium di Inggris. Para ilmuwan menemukan bahwa tanaman bisa menyerap nutrisi lebih baik hanya dengan memanfaatkan interaksi alami dengan mikroba, tanpa harus direkayasa secara genetik. Apakah ini akan mengubah masa depan pertanian?

Temuan Menarik dari Inggris: Tanpa GMO, Tapi Lebih Cerdas

Penelitian dilakukan oleh tim dari John Innes Centre, sebuah pusat riset pertanian terkemuka di Inggris. Mereka mempelajari tanaman legum Medicago truncatula yang secara alami mampu membentuk hubungan simbiosis dengan bakteri tanah, khususnya rhizobium, untuk menyerap nitrogen dari udara.

Namun yang paling menarik, mereka menemukan mutasi spesifik pada gen tanaman tersebut, tanpa intervensi rekayasa genetik yang meningkatkan kemampuan tanaman membentuk hubungan mutualistik dengan mikroba tanah.

Setelah gen tersebut ditransfer ke tanaman sereal seperti gandum melalui teknik hibridisasi tradisional (bukan GMO), hasilnya mengejutkan:

  • Tanaman mampu menyerap fosfor  dan nitrogen dengan lebih baik
  • Menekan kebutuhan pupuk kimia sampai 30%
  • Meningkatkan efisiensi pertumbuhan pada tanah-tanah termarjinalkan

Mengapa Ini Penting untuk Masa Depan Pertanian?

Pertanian global saat ini  sangat bergantung pada pupuk sintetis, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium (NPK). FAO menyebutkan, sekitar 50--60% hasil panen dunia didukung oleh pupuk anorganik. Akan tetapi, penggunaannya yang berlebihan berdampak pada:

  • Degrdasi Tanah berupa penurunan bahan organik dan mikroba tanah
  • Pencemaran air tanah berupa akumulasi nitrat
  • Emisi gas rumah kaca dari proses pemupukan nitrogen 

Inovasi seperti ini memberi jalan menuju sistem pertanian yang lebih alami, efisien, dan berkelanjutan, tanpa harus tergantung pada teknologi rekayasa genetika (GMO) yang masih ditolak di banyak negara, termasuk Indonesia.

Lantas seperti apa interaksinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun