Lantas muncul pertanyaan, bagaimana cara kerjanya?
Begini Cara Kerjanya
Bayangkan sebuah lahan sayur seluas 10 hektar. Di bawah permukaan tanah, terpasang sensor yang mencatat suhu dan kelembaban setiap 10 menit. Kemudian data dikirim ke pusat kontrol yang dianalisis oleh AI. Jika diketahui bahwa kelembaban tanah menurun di bagian tertentu, drone akan dikirim untuk menyiram hanya di area tersebut, bukan seluruh lahan.
Sistem ini tak hanya menghemat air, tapi juga menghindari pemborosan pupuk dan mengurangi potensi pencemaran lingkungan. Bahkan, deteksi dini terhadap stres tanaman dapat mencegah gagal panen. Minimal gambaran tersebut dapat mewakili bagaimana potensi hasilkerja dari tiga teknologi utama tersebut.
Studi Kasus Global dan Indonesia
Belanda dikenal sebagai "negara kecil dengan ekspor pangan terbesar kedua di dunia" setelah AS. Mereka menggunakan pertanian presisi di rumah kaca canggih yang dikendalikan AI. Tak heran tomat dan paprika mereka merajai pasar Eropa.
India memiliki startup seperti Fasal dan CropIn yang menyulap ladang petani kecil menjadi lahan cerdas dengan sensor dan dashboard prediksi cuaca.
Indonesia juga tak ketinggalan. Beberapa startup lokal seperti:Â
- Habibi Garden yang menggunakan sensor dan AI untuk hortikultura,
- eFishery,dengan memanfaatkan AI untuk memberi pakan ikan secara otomatis, dan
- Drone untuk pemetaan lahan dan penyemprotan di beberapa wilayah sudah dilakukan
Terus, Apa Manfaat Nyatanya?
Banyak studi menunjukkan bahwa penerapan pertanian presisi dapat :
- Â Hemat penggunaan air sampai 50%
- Hemat penggunaan pestisida dan pupuk sampai 40%
- Peningkatan hasil panen rata-rata 20-25%
- Pendeteksian dini penyakit tanaman
- Penurunan emisi karbon dari praktik pertanian