Ada 3 metode menurut para tokoh atau Trikotomi :
- MANUNGGALING KAWULA-GUSTI (Syekh Siti Jenar)
- MODE KESALEHAN : hamba yang ikhlas dan rida melakukan semua perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. (kehendak Gusti adalah kehendak hamba)
- MODE KEPEMIMPINAN : Abdi yang mempersembahkan kepatuhan dan kesetiaan, pemimpin yang mempersembahkan kesejahteraan dan kemaslahtan Bersama, lalu Bersama mewujudkan visi yang diidealkan.
- SANGKAN PARANING DUMADI (Mangkunegara IV)
- Keberadaan manusia merupakan hasil dari ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta yang kelak pada akhirnya juga akan kembali kepada-Nya
- Keberadaan manusia di dalam dunia yang fana ini atau bisa di bilang alam madya dipandang hanya sebagai yang sekedar singgah saja dari perjalanannya yang selalu dimulai dari alam awal atau alam purwo yang nantinya akan menuju ke alam akhir, alam kelonggengan atau alam wusono.Â
- MEMAYU HAYUNING BAWANA (Serat wirid Hudayat Jati'R Ng Ranggawarsito)
- Memayu hayuning bawana yang memiliki makna memperindah keindahan dunia, memberi arti dari hidup.
- Memayu : 1) menanamkan kebaikan untuk mendapatkan hasil baik
- 2) mengendapkan nafsu agar selalu lebih terkendali dan dunia semakin   terarah.
Ada Delapan Serat Karya Sultan Agung Mataram, yaitu:
- Ada Sastra Gendhing
- Ada Serat kakiyasaning pangracut atau kitab Pedoman untuk Pembebasan
- Ada Serat Mardi Utama atau kitab Perjalanan Hidup Mulia
- Ada Serat Lamphing Gesang atau kitab Perjalanan Hidup
- Ada Serat Banyu Bening atau kitab Air Jernih
- Ada Kitab Ngelmu kasampunan atau kitab Ilmu Kesempurnaan
- Ada Serat Sastro Harjendro atau kitab Sastra tentang ajaran Batara
- Ada Serat Mardi Rahayu atau kitab bimbingan
Sastra Gendhing merupakan salah satu karya yang sangat besar yaitu karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ia adalah raja dan seniman yang handal yang telah memberikan banyak bantuan dan kontribusi yang besar kepada salah satu kerajaan yaitu Kerajaan Mataram Islam. Ia adalah tokoh yang mempunyai rasa kepekaan yang sangat amat tinggi terhadap beberapa masalah salah satunya masalah terhadap sastra lalu bangsa dan agama nya. Sastra gendhing ini berisikan tentang hal hal ghaib, tentang asal usul mengapa manusia di ciptakan, lalu mengajarkan kita tentang budi pekerti, yang nanti nya akan memberikan pencerahan yang sangat mendalam kepada para pembaca nya.
Sastra Ghendhing Alam Bersifat Relasional;
- Sastra yaitu symbol yang ilahi
- Gendhing yaitu symbol manusia dan kehidupannya;
- Keselasan kehidupan yaitu metafora Gendhing yang sangat indentik dengan musik "keselarasan" yang berartika  kesatuan
 Acara Rawat Alam [3N]
- Ni Teni; Mengingat, mengenali, memahami
- Ni Rokake : meniru, memedomani
- NaMbahi : memberi nilai kebaikan pada alam
Siklis "Sangkan Paraning Dumadi"
Kata Siklus atau Siklis ini memiliki hakekat tiga hal [a] manusia itu darimana, [b] sekarang ada  dimana, dan [c] menuju kemana/tujuan telos akhir. Alam purwo [metamofara mana Candi sukuh, Candi (alam madyo sukuh, candi (cetho) alam madyo [hidup saat ini, dan-2  menuju alam ajgir tahun Wasono.
Siklus adalah pengembalian abadi dari hal yang sama atau hal yang memakan kelahiran kembali (reinkarnasi dari perjalanan abadi. Contohnya : benih bunga, tanaman, benih mati, benih bunga, tanaman).
Di dalam aksara sudah di jelaskan bahwa secara sistemastis di dalam bentuk aluamah surpiah marah mutmainah yang berarti memunculkan arti semangat aksara jawa atau dengan arti lain kawi aji saka. Negative dan positif ini ada empat pengalaman yang menjadikan apa yang di sebut sistem ini adalah harmoni. Harmoni mengdoktrin seseorang menjadi pampan ampan dan adepan atau dengan nama lain di dalam sastra agung menjadi mantra kidung bawono langgeng. Ada Bahasa Sopo entuk wahyuning gust Allah gyoh dumilah mangulah ngilmu bangkit ; Bangkit mikat reh mangkut ; Kukutaning jiwanggo ; Yen mangkono ; Keno sinebut wong sepuh  Liring sepuh sepi howo, Awas loro ning atunggal yang berartikan barang siapa yang menerima wahyu dari tuhan secara bijaksana dan dapat mencerna ilmu, juga mampu menguasai ilmu kesempurnaan, maka dari kesempurnaan itu lahir lah batiniah dan pantas yang disebut orang tua, bijaksana juga mempunyai arti yaitu keutuhan dari manusia yang dapat mampu mengendalikan semua apa pun yang ada di kehidupannya
Dalam aksara jawa kuna Hanacaraka manusia itu utusan tidak boleh bertentangan/membantah atau bertentangan dengan tuhan, maka ia akan berjalan baik antara tuhan dan manusia, dan menempuh jalan menuju kematian.
Telos hidup : Ngunduh Wohing Pakarti" "Memayu Hayuning Bawana" memberi keindahan dunia, diinternalisasi dalam hidup