Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Liliyana Natsir-Tontowi Ahmad dan Nasionalisme yang Kembali Membara

23 Agustus 2016   14:07 Diperbarui: 23 Agustus 2016   14:13 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hari ini Tim Olimpiade Indonesia yang baru berlaga di Rio De Janeiro akan tiba di Jakarta dan rencananya mereka akan disambut dan diarak mengelilingi Tangerang dan Ibu Kota. Dalam Tim tentunya akan ada pasangan campuran bulu tangkis kita Liliyana Natsir /Tontowi Ahmad yang telah membuat kita terharu karena dengan kerja keras kedua anak bangsa ini kita menitikkan air mata ketika Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan pada ajang pesta olah raga yang paling bergengsi itu dan saat itu tumpah ruah rasa semangat kebangsaan dan kebanggaan kita.

Sesungguhnya olah raga telah mampu membuhul semangat dan rasa nasionalisme yang dalam pada setiap jiwa anak bangsa.

Saya masih ingat ketika televisi belum ada di kota kecil tempat kami tinggal ,kami selalu berkerumun mendengar siaran langsung radio  final piala Thomas yang amat dramatis ketika Ferry Sonneville yang dudah jauh tertinggal dari lawannya tapi dengan semangat pantang menyerah dipadukan dengan determinasi yang tinggi, legenda bulu tangkis Indnesia itu mampu memenangkan pertandingan melawan Tunggal Denmark. Dan kami yang mendengar siaran radio itu menitikkan air mata. 

Di sana bukanlah Ferry Sonneville yang bertanding tapi disana di Tokyo kehormatan bangsa lah yang dipertaruhkan. Kami sangat hafal nama Tan joe Hok seorang maestro bulu tangkis yang lain yang ketika mereka bertanding rasanya pada lengan mereka yang kokoh dan pada pukulan pukulannya yang mematikan disanalah kebanggaan sebuah bangsa dipertaruhkan.

Kemudian datang generasi berikutnya pemain bulu tangkis Indonesia yang fenomenal, Rudy Hartono yang memenangkan All England sampai delapan kali dengan kewibawaannya di lapangan bulu tangkis pada berbagai ajang pertandingan internasional telah menjelma menjadi sebuah simbol baru dari Republik yang kita cintai ini.Legenda lainnya Lim Swie King yang terkenal dengan smash mautnya sambil meloncat membuat Nasionalisme ini makin membara ketika ia memenangkan pertandingan.

Saya masih ingat bagaimana hiruk pikuknya sambutan masyarakat Ibukota menyambut Iie Sumirat yang baru pulang dari luar negeri dengan membawa keharuman bangsa.

Walaupun sudah lama berlalu tetapi kemampuan Tim Sepakbola Indonesia menahan Uni Sovyet dengan hasil tanpa imbang 0-0 pada Olimpiade Melbourne tahun 1956(?) tetap dikenang sampai sekarang karena hasil seri tersebut seolah olah menunjukkan kemampuan kita menyamai kedigjayaan negara adi kuasa itu.

Donald Pandiangan atlet panahan yang luar biasa itu dengan segudang prestasinya telah menumbuhkan kebanggaan nasional di dada kita.

Harus diakui Bung Karno sangat mampu menggunakan olah raga untuk membangun rasa kebangsaan (nation building) dan mampu menumbuhkan kebanggaan bangsa (national pride). Pada masa Bung Karno kalau Tim Indonesia berhadapan dengan negara kita seolah olah kita merasa sedang perang untuk sebuah kehormatan bangsa.

Dulu ada seorang pemain bulu tangkis Denmark yang bernama Erland Kops maka setiap bertanding dengan pemain Indonesia ,saya amat membenci Erland Kops karena saya persepsikan ia adalah musuh bangsa ini agen imperialisme dan kapitalisme dan itu semua karena kemampuan Bung Karno sebagai orator ulung yang selalu menggelorakan semangat kebangsaan.

Begitu juga ketika pada Asian Games ke IV di Jakarta tahun 1962 terjadi yang disebut Insiden Sondi karena Sondi pimpinan Asian Games hendak menggagalkan Asian Games lalu kita merasakan perbuatannya itu adalah perbuatan yang akan merusak,mempermalukan dan menghancurkan Republik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun