Seperti yang kita saksikan, semenjak Pilpres 2014, isu Jokowi PKI selalu dijadikan alat untuk menyudutkan mantan Gubernur DKI itu. Walaupun telah mengemuka berbagai bantahan tentang isu dimaksud, tetapi tetap saja masih banyak orang yang percaya terhadap fitnah itu.
Jokowi sendiri pernah mengatakan masih ada sekitar 9 juta orang yang percaya bahwa ia anggota atau sekurang-kurangnya turunan PKI.
Kalaulah isu yang demikian terus dihembuskan maka sudah dapatlah kita bayangkan seperti apa kualitas narasi demokrasi yang kita bangun.
Perdebatan objektif atau substansi pembahasan pada kampanye menjadi kehilangan makna apabila fitnah-fitnah yang demikian dikembangkan.
Sedangkan masyarakat membutuhkan penjelasan visi misi dan program kerja yang kemudian akan menuntun mereka untuk menjatuhkan pilihannya pada 17 April nanti.
Kalau para elite politik kita masih berkutat pada isu-isu yang demikian tentulah hal tersebut merupakan tindakan kontraproduktif dalam upaya mencerdaskan bangsa. Hal yang demikian juga sangat merugikan dalam pembangunan demokrasi di negara ini.
Berkaca dengan hal tersebut maka sangat melegakan ucapan Djoko Santoso Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno.
Tokoh ini dilahirkan di Surakarta ,Jawa Tengah pada 8 September 1952 . Djoko Santoso merupakan lulusan Akademi Militer pada tahun 1975. Berbagai jenjang jabatan dilingkungan TNI telah ditapakinya. Mulai dari Komandan Pleton, Komandan Kompi, Komandan Batalyon.
Karier militernya semakin berkibar ketika diangkat sebagai Panglima Kodam XVI/Patimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil gemilang meredam konflik di Maluku.
Kariernya semakin cemerlang ketika menduduki jabatan sebagai Panglima Kodam Jaya 2003.
Kemudian tibalah ia di puncak karier militer ketika dipercayakan sebagai Kepala Staf TNI-AD (Kasad) pada tahun 2005 dan akhirnya menjabat Panglima TNI pada 2007-2010.